Saya masi ingat Feri, sosok yang pernah tampil di panggung membawakan lantunan perdana di malam pesta pernikahan saya 5 tahun silam.
Karakter yang cheerful dan bergelut di industri kecantikan kini membuka usahanya di Jalan Kalingga dengan nama usah Bibir Pedas.
Usaha ini menempati sebuah ruko yang merupakan warehouse. Bagian depan dipakai sebagai tempat makan dengan susunan beberapa meja makan dan bangku plastik. Letak sterling juga terpajang di luar menambah visibilitas.
Salah satu produk yang menjadi andalan Feri ialah Mie Sop dengan 3 jenis bakso gepeng yang berbeda warna. Warna yang berbeda itu sebenarnya hanya campuran dari jenis cabe yang dipake.
Cabe merah pedasnya langsung terasa, cabe hijau pedasnya slowly build up in your tongue.
Kenapa gepeng? karena tidak mengandung pengawet dan tingkat kenyalnya rendah, jadi kalo dibikin bulat yah gampang hancur. Gitu aja sih menurutnya 😆
Menu mie sopnya terbagi 2, biasa dan extra belacan, like this.
Perbedaan miesop biasa dan belacan terletak di tambahan sambel belacannya.
Sambel belacan disini jangan disamain dengan belacan yang ada di ayam penyet, bisa mencret makannya kalo segitu banyak disiram kuah ke mienya.
Belacan disini lebih terasa aroma terasinya, bikin kuah sedikit lebih pedas. Personally since saya bukan tipe penikmat pedas2 amat jadi lebih suka yang biasa aja.
Selain mie sop, tersedia juga nasi ayam BP. BP disini maksudnya ialah Bibir Pedas *duh. Awalnya saya pikir BP ini Balai Penyuluhan (karena dulu SMA sering masuk BP, kena libas jadi pedas. Gitu ga sih perumpamaannya? 😝)
Price wise is reasonably cheap. Expect to spend 20rb udah termasuk minuman. Kalo kedua menu diatas terasa berat, ada beberapa cemilan yang kamu bisa coba juga seperti ayam suwir BP (kurang lebih seperti menu diatas, minus nasi, tempe, dan ayamnya disuwir).
Baik untuk makan siang atau ngeganjal perut di sore hari, boleh lah kamu datang cobain BP ini.
Ketika gue tahu kalau di Medan baru-baru ini buka rumah makan khusus Nasi Bali, terutama itu ada Nasi Babi Guling nya, oh wow honestly I couldn’t be more excited!
Sejak pernah menginjakkan kaki di Pulau Dewata tahun kemaren, serius bener-bener jatuh cinta ama yang namanya Nasi Babi Guling. Terus terang gue pernah berangan-angan sendiri kapan yah ada yang jual di Medan? I mean, everybody goes to Bali will love it!
Sedikit sharing dari yang gue ketahui, babi guling (di Bali disebut be guling) sendiri adalah masakan khas Bali, yang tak terlepas dari upacara adat maupun keagamaan yang mengharuskan penggunaan babi guling sebagai sarana upacaranya.
Makanya nggak heran kalau orang Bali doyan menyantap masakan babi guling, termasuk turis-turisnya. Banyak yang jatuh cinta dengan bagian kulitnya yang berwarna coklat kemerahan, crispy dengan sedikit lemak yang masih menempel sehingga membuat rasanya yang gurih abis di lidah.
Oh my, I am drooling now just fantasizing about it again!
Bagi yang di Bali pun nggak usah nunggu sampe ada hari raya tiba baru bisa mencicipi nikmatnya babi guling khas Bali ini, kalian akan temuin banyak yang udah jualan ini. Favorit paling banyak orang, yaitu Babi Guling Ibu Oka atau Pak Malen. (Setujukah kalian yang udah pernah ke Bali?)
Okay enough with the Bali experience, maklum gue jadi baper keinget sama Bali. Let’s review this new place.
Tempat ini bener-bener baru karena baru buka 19 Agustus kemaren. Jadi review ini bakal singkat since it’s just an early impression.
Berlokasi di Jalan Tengku Amir Hamzah No. B-6, pas di sampingnya Bank BRI. Atau kalau kalian tau lokasi dulunya restoran Jimbaran, nah di situ. Betewe, Nasi Bali Bu Wayan ini katanya satu induk dengan restoran Jimbaran di Medan.
Tempatnya cukup luas. Terdiri dari dua bangunan utama, di kiri sebagai dapur dan tempat lauk menu di sini yang sekaligus merangkap tempat penyajian, di kanan sebagai tempat makan utama.
Di bagian belakang, ada space kosong dengan design relief khas Bali di dinding. Kalau hobimu doyan selfie, you will definitely know how to use this place LOL. Oh ya, di sini juga ada lantai 2 ruangan VIP, cuma di kunjungan kami kayaknya belum ready for public.
Okay, now we get to the food. Menu makanan di sini cuma dua jenis so far, iya DUA JENIS saja.
Nasi Ayam Betutu Gilimanuk 48rb
Yang pengen gue highlight itu Nasi Babi Guling. Kalian yang udah pernah makan, mungkin tahu hampir semua rumah makan babi guling menyajikan isi porsi yang hampir sama, seperti di bawah ini.
Nasi putih, daging babi guling (yang telah dicampur bumbu Bali), sate lilit (daging babi), gorengan jeroan (daging babi), urutan (usus babi yang diisi dengan lemak babi yang telah dibumbui kemudian dijemur atau diasap selanjutnya digoreng), sayur urap (biasanya dari daun sawi), lawar merah (terbuat dari campuran parutan kasar daging kelapa tua dengan bumbu dan darah babi), lawar putih (terbuat dari nangka yang dicincang dan dicampur bumbu tanpa darah babi), kuah ares (sup dari batang pohon pisang dengan campuran bumbu Bali dan daging dan tulang babi), dan kulit babi guling serta sebagai pelengkap bisa dengan kerupuk babi.
Nasi Campur Babi Guling 48rb
Kalau bandingin dengan yang di sini mungkin ada beberapa bagian yang berbeda. Di sini ada babi kecap nya. Terus yang gue agak sayangkan, kulit babinya cuma secuil dan bukan seperti versi Bali yang agak gede dan berwarna coklat kemerahan serta crispy. Terus di sini nggak dikasih pelengkap kerupuk babi, padahal ini salah satu elemen yang bikin tambah maknyus.
And satu lagi, siap-siap sama harga minuman di sini. Teh tong 12rb cuy. Es teh manisnya sama harganya dengan es jeruk, es kopi dan es green tea, 20rb bah. Gue sih berharap ke depannya harga menu minuman di sini bisa lebih diperbijak haha..
Well, overall the experience here is quite good. But we prefer Nasi Campur Babi Guling than Ayam Betutu Gilimanuk, if asked to choose. In conclusion, yah mayan lah ngobatin rasa baper, kangen atau ngidam sama Nasi Babi Guling khas Bali ini.
We are indeed looking forward for upcoming improvement here.
Nasi Bali Bu Wayan Jalan Tengku Amir Hamzah No. B-6 11.30AM — 10PM Instagram: @buwayanmedan Lokasi: https://goo.gl/maps/gKris34eLL42
Seberapa sering kita datang makan ke lokasi langganan tanpa sadar bahwa tempat makan itu tidak punya nama? Mungkin awalnya hanya iseng jualan, kemudian mulai rame dan fast forward beberapa tahun, sudah jadi legenda di seantero kota. Nama tetap tidak ada, akhirnya nama jalan digabungkan dengan nama masakannya seperti Pecal Jalan Perdana, atau Mie Rebus Mongonsidi… Standar.
Untuk itu saat kami mendaratkan kaki di kopitiam alias foodcourt di Jalan Asia simpang Lahat ini (tepat disebelah sekolah WR Supratman), kami menolak dan protes mati-matian kalau gerai tante ini tidak bernama.
Bukan tanpa alasan kami ingin memberinya sebuah nama karena pertama-tama masakannya sungguh enak (kita akan bahas soal itu nanti). Kemudian hanya terlihat seorang pembantu untuk antar masakan dan menyiapkan bahan. Selebihnya si tante kerjain sendiri semua dari potong, bersihkan daging, membumbui, memasak, plating sampai kasir. Itu semua dengan keadaan kopitiam yang sangat ramai dan variasi menu yang banyak.
Karena itulah predikat Wonder Woman kita sematkan untuk si tante karena kemampuannya yang luar biasa. Gal Gadot di Jalan Asia simpang Lahat.
Dari 4 masakan Gal Gadot siang itu, semuanya tidak mengecewakan. Mantap malahan - apalagi ayam goreng-nya. Yes, menu yang paling terlihat simpel ini paling mencuri perhatian. Bumbunya meresap sampai ke daging dan renyahnya bikin nagih.
Sayur Kailan yang kami pesan sedikit di customize sesuai selera dengan penambahan He Wan (bakso udang). Tentu harga juga nanti di customize sama si Gal Gadot.
Nah selain kedua menu diatas tentu saja ngak ketinggalan Fu Yung Hai alias telor dadar ala chinese, dan Tauco Udang. Portion is quite generous, lebih dari cukup untuk kami ber-6.
Overall kami sangat puas dengan masakan Madam Gal Gadot, big applause khususnya untuk Ayam Goreng olahannya. Walaupun harga sedikit diatas rata-rata dari masakan homecook chinese food pada umumnya, at least rasa dan porsi yang ditawarkan bisa dibilang sesuai lah. So next time kamu ada disekitar Jalan Asia, coba mampir dan cicipi masakan Gal Gadot, yes?
Kopitiam Jalan Lahat simpang Jalan Asia Jam Buka: 10.00–15.00 Lokasi: http://bit.ly/2ePMGfx
Malam-malam gini kalo hujan bawaannya pengen berduaan nih sama PaPa. Tapi PaPa bikin galau. Pergi pun entah kemana. Setelah MaMa cari-cari, akhirnya ketemu juga.
Ohhh, rupanya disini kau Papa.
Ini dia Papa Kerang! Udah main kerang-kerang aja Papa nih. ha-ha-ha.
Kerang-kerang disini kalo lagi lengkap bisa sampai belasan jenis kerang, kawan.
YA! BELASAN JENIS! Ga kebayang kan rupanya jenis kerang itu banyak. Mulai dari yang paling umum sampai yang paling langka, ada semua disini. Selain kerang, ada juga beberapa jenis siput yang dijual disini.
Kebetulan yang tersedia malam itu cuma kerang bulu, kerang batu, kerang baling-baling (they called it so), siput wale dan scallop. Khusus scallop diantar ke meja kami terakhir karena waktu merebusnya yang cukup lama.
Eittssss… Rebusnya gak sekedar pake air biasa loh. Air rebusannya dicampur dengan serai, jahe dan lengkuas. Jadi aroma amisnya pun tersamarkan, kawan.
Apalagi kalau dicocol si kawan yang satu ini.
Saosnya ini terdiri dari kombinasi nanas, kacang tumbuk, cabe dan saus kecap.
Pertanyaannya ialah… Sejak kapan atau bagaimana sejarahnya setiap makan kerang, saosnya itu harus pake nanas?
Kalo ada anak MaMa yang tau, comment ya di bawah!
Nenas yang fenomenal ini pasti selalu hadir di setiap gerai Kerang Rebus
Tidak lama kemudian, ada info yang masuk dari dapur nih. MaMa dapat privilege untuk menikmati stok terakhir dari dua jenis siput yang langka. Memang kalo udah rejeki itu gak kemana ya kan.
Unam atau gonggong Medan (they called it so, too) dan Siput Macan dihidangkan pada kami. Dan unam ini ternyata punya rasa aftertaste yang agak pahit.
Kalo siput macan rasanya kurang lebih sama seperti siput wale, hanya ukurannya lebih besar dan cangkangnya bercorak loreng (that’s why they called it ‘Macan’).
Pesanan MaMa nih. Hanya 18rb per porsi kerang jenis apapun.
Menurut ibu penjual (who is owner’s sister) yang paling difavoritkan disini itu kerang bulu dan kerang batu. But, yang menjadi juara malam itu menurut MaMa adalah Siput Wale.
Siput Wale, ukurannya lebih besar daripada siput-siput sejenis lainnya.
Cerita punya cerita, Papa Kerang uda pernah masuk tipi loh. Juga, udah pernah diliput beberapa media sosial dan media cetak ternama. Soalnya, dengan rekor sebelas tahun berjualan gak mungkin nama Papa tidak terdengar sampai ke seberang lautan.
Daebak. Sukhoi. Amazing. Luar Biasa. Hao Chek Sen Cing Ping.
Nah, MaMa ‘kan sudah puas berduaan sama PaPa. Giliran kamu nih yang jumpain Papa disini. Share pengalamanmu makan disini ya di comment section di bawah.
MaMa Akhirnya Berjumpa Dengan PaPa was originally published in Makanmana on Medium, where people are continuing the conversation by highlighting and responding to this story.
Terkejut MaMa dibuatnya. Ga tanggung-tanggung Abang ini, kipas arang pake kipas angin listrik yang besar. Niat kali bah.
“Biar gampang”, katanya.
Udah gitu kipas jagungnya juga pake kipas angin listrik cuman lebih kecil.
“Biar gampang juga, bang”, katanya.
Cak kawan tengok kipas angin besar di belakang sama yang dipegang abang tuh. Gerem kali bah.
Ada-ada aja Abang ini. Tapi memang begitu adanya, and all these doubts were answered when these roasted corns were served right in front of us!
Jagung bakar disini dibakar dengan jangka waktu yang pas. Sambil sesekali diputar-putar bergantian, Abang ini mindahin nih kipas anginnya ke depan. “Biar panggangnya merata, bang”, katanya.
Depan belakang sama matang.
Jadi, tidak banyak bagian yang gosong dan jagungnya masih terasa juicy. Rasa pahit aftertaste (biasanya karena gosong) pun tidak terasa. Top markotop lah pokoknya.
Ada lima jenis rasa yang ditawarkan disini. Seperti pedas manis, asin manis, pedas asin, ekstra pedas, dan kombinasi keseluruhan rasa tersebut.
Pelan-pelan lah kawan yah pilih rasanya. Biar cocok sama lidahmu juga sama hatimu.
What makes it different is the seasoning.
Untuk menguatkan rasa asin Abang ini menggunakan santan cair. Sedangkan untuk rasa pedasnya Abang ini menggunakan santan yang sudah diolah dengan rempah-rempah.
“There’s no secret recipe. There’s only you” — Kungfu Panda
FYI, abang ini sudah berjualan sejak lama, bahkan sejak anak MaMa masih kecil. Kalo diitung-itung abang ini udah berjualan selama 10 tahun, loh.
Dan baru belakangan MaMa tau jagung disini bisa diserut (dipisahin bulir jagung dari tongkolnya, jangan ko salah sebut ya :D).
Kalo malas pegang bisa ko sendok aja jagungnya.
Udah banyak yang MaMa pesan, nih. Agak-agak seram juga ya kan pas mau hitung-hitung.
Eh, rupanya cuma 7rb aja, kawan, jagungnya.
Kalo kek gini mah aman lah. Mau akhir bulan, mau gajiannya telat, tetap bisalah makan kemari.
Putar terosssss.
Lokasinya gampang aja temuinnya, kawan. Dari arah Istana Maimun tinggal lurus aja ke kampung baru. Nanti ada nampak Permata Bank, sebelah kirinya ada praktek Dokter, nah, sebelah kirinya lagilah si abang ini jualan. Pas depan toko listrik.
Kek gini lah tempatnya.
Ada Abang Jagung lain lagi yang bisa diserut? Jagungnya maksudnya. Kabari MaMa dengan comment di bawah ya.
Jagung Bakar Wahana Jalan Brigjend Katamso, Kampung Baru, sebelum Permata Bank Buka dari jam 19.30–00.00 #halal Lokasi: https://goo.gl/maps/TmBto6eYv8R2
Tak Selamanya Jagung Itu Direbus was originally published in Makanmana on Medium, where people are continuing the conversation by highlighting and responding to this story.
Jalan-jalan sambil berkuliner? Siapa sih yang nggak suka? Nah, Sabtu kemarin (09/09) MaMa diundang oleh tim Hidup Healthy untuk bareng-bareng ikutan kegiatan #FoodPhilosophy di Medan. Apa sih #FoodPhilosophy Trip ini?
Ini merupakan event ke-4 dari #FoodPhilosophy, di mana konsep acaranya #FoodPhilosophy Trip adalah sebuah program wisata kuliner yang ditujukan kepada para pecinta kuliner untuk menikmati makanan enak khas daerah masing-masing, yaitu kali ini di Medan.
Tak hanya itu, acara ini makin spesial karena Chef Rinrin Marinka, salah satu juri MasterChef Indonesia, ikut jalan-jalan bareng MaMa dan beberapa foodies Medan lainnya. Nah keseruan apa saja sih yang kemarin MaMa ikutin?
Perjalanan kuliner pertama pagi itu dimulai dengan Soto Kesawan, Jalan AH Yani. Nggak sah deh kalo wisata kuliner Medan belum mengunjungi gerai soto yang sudah berjualan sejak beberapa generasi yang lalu ini. Letak gerai ini sangat strategis, tepat di seberang Tjong A Fie Mansion yang merupakan salah satu warisan kultur dan budaya kota Medan.
Nggak seperti soto Medan biasa, di Soto Kesawan yang menjadi khas adalah soto udang. Soal rasa, kuah soto di Soto Kesawan gurih dengan daging yang lembut dan udang yang nggak amis. Di sini juga ada menu martabak telur.
Ketika kuliner pertama ini selesai disantap, hujan masih belum berhenti. Walau begitu, teman-teman tetap semangat untuk melanjutkan ke spot berikutnya, yaitu jalan-jalan ke salah satu icon history kota Medan, Tjong A Fie Mansion.
Selain Istana Maimun, ada satu destinasi sejarah lagi di Medan ini, yaitu sebuah rumah bekas peninggalan tokoh terkenal dari etnis Tionghoa, Tjong A Fie, seorang tokoh sosialis yang terkemuka pada zamannya. Museum ini terkenal menarik dan menyimpan sejarah tersendiri. Ruangan dan peralatan rumah masih original dan banyak ruangan di Tjong A Fie Mansion yang sangat antik dan mengagumkan.
Habis belajar sejarah budaya kota Medan, MaMa diajak break time dulu. Spot kuliner kedua cukup dekat, hanya dengan berjalan kaki beberapa meter, yaitu Tip Top Restaurant. Tip Top pertama kali berdiri pada tahun 1929 di Jalan Pandu dengan nama Restoran Jangkie, sesuai dengan nama pemiliknya. Kemudian pada tahun 1934 pindah ke Jalan Kesawan dan berganti nama menjadi Tip Top Restaurant.
Awalnya resto ini menjadi tempat berkumpulnya orang Belanda dari perkebunan maupun pemerintahan untuk menikmati breakfast atau sekedar menghabiskan secangkir kopi Robusta lokal dari Sidikalang yang terkenal di sore hari. Menikmati sajian es krim di tempat ini MaMa bagaikan dibawa oleh mesin waktu ke masa lalu, di mana Belanda masih menjajah negara kita. Dengan arsitektur yang sangat kental akan suasana tempo dulu dan kolonial.
Setelah siap, maka beranjaklah MaMa menuju Rumah Makan Sipirok di Jalan Sunggal, sebagai kuliner ketiga hari itu. Menu RM Sipirok merupakan kuliner khas kota Sipirok Tapanuli Selatan dan Sumatera Utara. Tidak hanya khas, hidangan ini juga telah dikenal di penjuru kota Medan dan mempunyai langganan tetap yang berkisar ratusan setiap harinya.
Hanya dengan menu utama Sop Sumsum, tetap aja banyak peminatnya yang membuat rumah makan dengan kapasitas 500 kursi itu, selalu penuh sejak buka sampai tutup. Salah satu menu yang unik di sini adalah Sumsum Sapi yang berukuran raksasa.
Setelah puas menyeruput sop sumsum, MaMa maju terus ke spot kuliner keempat sekaligus sebagai coffee break di kala siang menjelang sore itu, Kedai Kopi Ong di Jalan Dr Mansyur. Medan memang terkenal dengan sajian kopi khasnya yang terkenal.
Rumah tua dengan arsitektur campuran minimalis dan klasik ini selalu mengundang perhatian pelewat jalan. Interior di sini benar-benar sebuah karakter kopitiam klasik. Bersantai setelah makan siang, menikmati sajian kue-kue Medan dan tentunya kopi di tempat ini, MaMa jadi teringat seperti suasana zaman lalu, dan dapat menenangkan pikiran setelah setengah hari yang penuh.
Coffee break pun selesai dan MaMa siap diajak menuju spot kuliner kelima. Kota Medan dikenal dengan keberadaan buah duriannya, dan salah satu tempat makan durian yang terkenal di kota Medan adalah Durian Ucok yang terletak di Jalan Wahid Hasyim. Tiap malam gerai ini selalu penuh dengan pengunjung baik masyarakat Medan ataupun pendatang dari luar kota. Apa yang menyebabkan gerai ini begitu padat dikunjungi?
Menurut pengetahuan MaMa, gerai ini awalnya bermula dari kesederhanaan bang Ucok sebagai pemilik. Kejujuran dan sifat nggak perhitungan inilah yang membuatnya disenangi dan mendatangkan banyak pengunjung. Hal lain yang mungkin berpengaruh ialah kita dapat menukar durian yang kurang bagus, sehingga kepuasan pun terjamin.
Kenyang setelah seharian penuh jalan-jalan sambil berkuliner, tiba akhirnya spot kuliner keenam sekaligus terakhir dalam rangkaian acara #FoodPhilosophyMedan. Di Marco Seafood, Kompleks Cemara Asri, Chef Rinrin Marinka sekaligus menampilkan kebolehannya dalam Cooking Demo langsung dan berinteraksi dengan beberapa peserta untuk terjun ikut memasak.
Masakan hasil kreasi Chef Rinrin Marinka adalah Cipera. Cipera sendiri adalah masakan khas suku Karo dari Sumatera Utara yang terbuat dari bahan dasar daging ayam kampung dan tepung jagung. Masakan Chef bersama sejumlah hidangan Marco Seafood menjadi santapan penutup acara #FoodPhilosophyMedan kali ini.
Setelah seharian penuh MaMa makan yang penuh kolesterol dan manis-manis, MaMa juga nggak khawatir. Karena program ini dirancang mengajak para peserta untuk lebih sadar terhadap nutrisi dalam makanan enak yang dinikmati dan mengetahui filosofi/cerita di baliknya. Mengapa?
Sehingga kita lebih tahu dan tanpa khawatir akan masalah kesehatan, karena di setiap sela-sela waktu makan MaMa, ada #TemanMakanEnak menemani yaitu hemaviton Cardio dengan kandungan Phytosterol yang membantu jaga kolesterol serta hemaviton Glucare yang membantu jaga kandungan gula darah.
Last but not the least, terima kasih kepada tim Hidup Healthy yang sudah menyusun acara #FoodPhilosophyMedan dengan begitu baik, semoga ke depannya kita dapat berjodoh untuk bertemu kembali! See you again.
Hidup Healthy Email: hiduphealthy2@gmail.com Instagram: @hiduphealthy
Helloooo, guyyyys! Ada yang rindu dengan saya? Well well, I’m back and will try to update more often *sounds too cliche I know*
Yuk mari kita kemon! Topic this time is about Taukua Heci (loosely translated : Tofu & Prawn Crackers) and the gang (Mie Rebus & Sate Babi)!
Nah, jadi ceritanya kemarin itu bareng dengan teman-teman ngunjungi Panti Asuhan Anak Emas di kawasan Marelan, sepulang dari sana pada kelaparan dan kelimpungan mikirin makan siang. Alhasil, dari Marelan kami ‘ngesot’ sampai ke sini.
Seperti yang saya mention di title, tempat ini sudah ada sejak dekade 1980an atau bahkan 1970an kali ya? (cmiiw). Ntah kenapa kok saya tidak pernah tahu tempat ini ya? Hmm…
Prawn crackers on processPersiapan untuk TauKua HeCiWoww! Prawn Crackers galooreeee!!!Ngeliat yang beginian, segerrr banget ya rasanya.
Ngeliat He Ci / Prawn Crackers / Kerupuk Udang yang buanyaaak gitu rasanya gimanaa yaa, pengen nyomot, gemesss!
Taukua Heci (28K)
Therefore, this is what we call TAUKUA HECI here in Medan. Basically, it contains tofu, steamed kangkong, bean sprouts, battered fried crabs and prawn crackers which to me is the most important piece and best of all on the plate. Then as the final touch, red sweet sauce is poured over.
Dengan harga yang sama dengan Taukua Heci Sunggal, saya cukup puas dengan kualitas bahan-bahan yang segar disini. Mengenai saus merah yang menjadi tolak ukur seporsi Taukua Heci, saya pribadi lebih menyukai saus Taukua Heci Sunggal. (pls note that one’s personal preference is down to personal taste.)
Sate Babi bumbu Kacang (35K)
One question, kenapa yaa dimana ada Taukua Heci pasti disitu ada Sate Babi. Why oh why~~??? Sama halnya dengan disini, tersedia juga sate babi dengan lontong yang tekstur nya aduhaaaiiii mantaaappp! Saya suka dengan tekstur lontong yang firm yet soft, yang tidak lembek dan tidak banyak menggunakan zat pengenyal. Tapi… daging sate nya menurut saya agak terlalu keras. But well, I like the rice cakes and the peanut sauce!
MIe Rebus (15K)
Ini makanan favorit saya! Yeppp, I like sweet stuff, but it doesn’t mean I love anything sweet-based. Mie Rebus disini cukup murah dengan porsi yang cukup besar.
Taukua Heci ini sudah sangat populer di kalangan masyarakat Pulo Brayan maupun diluar Pulo Brayan sejak zaman baheula, dan mereka masih tetap eksis memanjakan pelanggan setia mereka hingga saat ini, dan sekaligus menjaring pelanggan baru (like me). Dapat dilihat bahwa wajah-wajah yang memadati rumah makan sederhana itu bukanlah wajah baru.
Tanpa stiker nama di stall. Hanya ada spanduk dengan tulisan yang mulai kabur. (Foto diambil jam 7:30 pagi).
Kalau bicara dompet lagi tebel dan bosan sarapan mie balap, boleh banget pilih bihun bebek sebagai alternatif sarapan. Yesss, ini sesuai dengan survei teraktual dari MaMa Institute yang membuktikan rata-rata harga seporsi bihun bebek di kota Medan saat ini dimulai dari 25ribu rupiah.
Jadi, personally buat MaMa kalau tiap hari sarapan dengan budget segitu maka jatah uang belanja sayur setiap pagi cuma sanggup beli daun ketumbar. Sedih…
Bihun Bebek Ahiok. Seporsi 30ribu.
Ceritanya kali ini kita bakal mengulas tentang ieie Ahiok yang sudah berjualan bihun bebek di Jalan Gedeh selama 25tahun. Entah lagi tren atau memang hilang akal mencari nama yang tepat. Bihun bebek yang satu ini memang tidak memiliki plang atau stiker nama. Lalu, MaMa lihat langganan yang berdatangan disini menyapa si penjual dengan nama Ahiok. Maka supaya kalian ga bingung, MaMa sebut aja Ak Bihun Ahiok biar mudah dibedakan dengan stall ak bihun lainnya yang ada di jalan ini. Oh satu lagi, di depan ada hint berupa spanduk dengan tulisan Ak Bihun Gedeh, tapi tulisannya sudah agak kabur. Hahaha.
Buka dari jam 7 pagi sampai 11 siang tapi biasanya untuk daging bebek jam 9 pagi sudah habis dan hanya tersisa daging ayam. Walau begitu, kuah yang disajikan tetap merupakan kuah bebek.
Memang gak heran kalo melihat antriannya yang super rame dari jam 7:30 pagi. Ramenya begitu aduhai, makan di tempat aja perlu antri. Hal ini juga karena faktor lokasi dine-in mereka yang kecil dan sempit. Hanya ada beberapa meja.
Aneka pilhan lauk pelengkap dan seladaSuasana dine in yang masih sederhana
Untuk harga 30ribu seporsi sebenarnya cukup worth it dengan rasa dan porsi daging bebek yang ditawarkan. Ada juga pilihan lauk pelengkap selain bebek seperti bakso ikan, jeroan, hati ampela hingga lidah sapi. Versi standar sebenarnya sudah include bakso ikan tapi kalau mau ganti dengan jeroan atau lauk yang lain juga bisa.
Semuanya fleksibel tergantung selera masing-masing, nantinya ieie Ahiok yang akan mengatur banyak porsi lauknya agar tetap 30ribu. Kalau masih tidak puas dan merasa kurang dengan porsi lauknya, solusinya kalian bisa minta tambah lauk dengan penambahan biaya.
Tak lupa taburkan fried garlic biar makin ajibMinyak jahat dari hasil rebusan kuah juga dibuang, jadi sedikit lebih baik untuk dikonsumsi
Seperti yang sudah pernah disinggung di artikel bihun bebek sebelumnya, ada dua versi bihun bebek dari jenis kuahnya. Ada tipe herbal dan tipe kaldu bebek. Kuah bihun bebek disini tipenya lebih ke arah kaldu bebek yang dominan dengan sedikit citarasa herbal. Ada aroma khas dari kaldu bebek yang sudah direndam dengan tulangnya dalam kurun waktu tertentu.
Lalu, menurut ieie Ahiok untuk memberi citarasa manis yang khas pada kuahnya ia menambahkan sedikit lo han kuo dan ginseng. Supaya makin sip, kuah bebek disini juga dikasih kichi (goji berry kering).
Bihun Bebek jadi makin sip dengan sambel cabe ijo & fried garlic
Alkisah ieie Ahiok ini sebenarnya sejak kecil sudah ikut bantu jualan bihun bebek bersama mama-nya dan sekarang ieie Ahiok sudah married dan punya dua anak yang juga ikut aktif membantu usaha bihun bebek ini.
Saya pribadi cukup kagum melihat aksi dua anak millenials ini mau turun tangan membantu ibunya. Ieie Ahiok juga bercerita kalau kedua anaknya gak mengeluh walau harus bangun lebih pagi untuk membantu persiapan berjualan.
Sebuah fenomena masa kini yang cukup langka karena anak di usia seperti mereka biasanya cenderung malas untuk beraktivitas di pagi hari. Apalagi disuruh jual sarapan segala. Padahal kalau mau, mereka juga punya pilihan untuk bangun lebih siang, main game online atau leha-leha di kasur. Toh sebenarnya bukan faktor si nyokap gak sanggup untuk hire pembantu tambahan loh.
So, for me personally. I really do respect both of them because their sincerity for the family. Jadi ini bukan cuma kisah semangkuk bihun bebek yang enak untuk sarapan tapi juga sebuah reminder buat kita agar merenung kembali sudah sejauh mana kita berbakti kepada orang tua kita. Yummm.
Bihun Bebek Pemersatu Keluarga was originally published in Makanmana on Medium, where people are continuing the conversation by highlighting and responding to this story.
Kunjungan ini bermula dari seringnya lewat Jalan Juanda dan merhatiin tempat ini kok senantiasa rame ya (selagi menunggu lampu merah). Akhirnya suatu siang yang mendung kami memutuskan cobain makan siang disini.
Lokasinya deket banget di persimpangan lampu merah Juanda simpang Diponegoro — harusnya kamu nga susah carinya karena lokasinya juga luas dan selalu rame di jam makan siang.
Layaknya misop kaki lima sejagad nusantara, urusan higienitas emang bukan faktor utama disini. Tapi come on, mana sih misop atau bakso enak di Indonesia yang tempatnya bersih? Sampe sering terdengar guyonan “kalo nga jorok pasti nga enak”
Eh tapi selain faktor higienitas tentu saja ada nilai plus lain yang membuat misop Buawali ini wajib masuk ke daftar kunjungan kamu. Pertama-tama soal taste, kuah kaldu sapi yang dipakai bener-bener terasa aroma kaldu-nya. Kuahnya keruh — pertanda direbus lama dengan tulang sapi.
Faktor nomor dua yang bikin Misop Buawali wajib kunjung ialah porsi dagingnya yang gede. Kamu bisa pilih daging sapi or ayam sebagai pelengkap mi atau nasi. Apapun yang kamu pilih, isinya penuh sampe ke bibir mangkok.
Oya, disini hanya menyediakan sop daging atau ayam yah, artinya tidak ada bakso disini. Sop disajikan ala kampung, dengan potongan tomat dan kentang serta di garnish dengan irisan daun sop.
Faktor ketiga, tentu saja rasanya enak lo. Kuah kaldu yang kental dan irisan daging yang ngak pelit bikin tempat ini juara.
Buat kamu yang mau kenyang pol, boleh jatuhkan pilihan di mie atau bihun dengan harga 17rb/porsi. Kalau mau kenyang mampus, silakan pilih opsi Nasi + Sop daging dengan harga 22rb/porsi. Hemat ya?
Kalo kamu kuatir dengan lokasi yang ngak higienis? Bungkus aja…
It’s really a tiring evening since we all spent our whole night taking footage and pictures for our upcoming videos and articles. And here we were, having our recess time and feeding our happy tummy (and we were going to the next place after this T_T).
Begitu turun dari mobil dan menginjakkan kaki di barisan meja pas depan kompor abangnya masak, aroma rempah-rempah pun langsung tercium oleh kami. Ketika kami intip ke balik aluminium yang membatasi antara kompor dengan pelanggan, rupanya si abang lagi masak sekuali besar nasi goreng andalannya.
Ini dia asal-usul aroma rempah-rempah yang kita cium tadi.
Langsung pesanlah kami nasi goreng untuk perut kami-kami yang udah bekerja keras demi anak MaMa. Si abang pun menanyakan “pake ayam atau daging” ke kami. Nah, buat yang gak tahu, itu maksudnya mau pake semur daging ayam atau daging sapi.
Selain nasinya yang harum dengan aroma rempah-rempah, daging semur ayam maupun sapi disini boleh diacungi jempol. Daging ayamnya sendiri dipotong dadu mengarah ke dicincang. Jadi, loe bakal temuin daging ayam yang masih utuh dadu dan ada juga yang teksturnya seperti udah disuwir. Untuk daging sapinya dipotong agak kasar dan masih jelas terlihat bentuknya.
Nasi gorengnya dibuat sekali masak banyak, tujuannya supaya cepat dalam penyajiannya. Kalo lagi rede nasi gorengnya, bahkan bisa disajikan lebih cepat dari pesanan teh pahit hangat loe loh. This really happened to me.
So, apakah telurnya juga dimasak berbarengan atau satu-satu?
Ini dia jawabannya.
Sekali masak langsung beberapa butir telur.
Nasi Goreng Semalam Suntuk ini merupakan pindahan dari Jalan Pekantan. Responnya nampak positif, lebih mudah parkir, tempat makan lebih proper, dan yang terpenting, citarasanya masih terjaga, walau kadang gak konsisten.
Meski sudah berpindah tempat dan di tempat yang bisa dibilang lebih rapi, kesan street food gak dihilangkan oleh pemiliknya. Terdapat bagian outdoor dan indoor di Nasgor Semalam Suntuk ini.
Namun bukan berarti indoor ber-AC dan outdoor khusus daerah smoking. I would say that luar dalam sama aja. Sama-sama gak ber-AC dan sama-sama boleh merokok.
Outdoor dan Indoor
Lokasinya guampangg banget ditemukan. Tepat di sebelah Perpustakaan Daerah Katamso (Seberang Istana Maimun).
Kapan nih mau habisin semalam suntuk disini? Ajak MaMa ya. ^^
Nasi Goreng Semalam Suntuk Jalan Brig. Katamso, seberang Istana Maimun, sebelah PusDa Buka: 19.00-suntuk #halal Lokasi: https://goo.gl/maps/FVUjgjJTXup
“Ane ku liao bo ciak…”, said my mom, which means it’s been a long time since the last time she ate at this place.
I have lived around this place for years since I was baby born and this is my first time trying this heart-melted Chicken Rice. Every spooned rice contains a lot of emotions and memories of my mom’s childhood.
Nasi Ayam yang sepiringnya cuma 13rb.
Yang pertama muncul di benak waktu dua piring Nasi Ayam pesanan kami datang adalah ukuran porsinya yang cukup besar menurut kami. And the next thing my mom said was campurin sambal kecapnya ke nasi. Memang yang dijagokan disini selain dari nasinya yang harum dan tumis buncisnya yang gurih adalah sambal kecapnya. Ada aroma gurih dan pastinya manis dari sambalnya yang khas.
Tidak lama kemudian kami diberikan dua mangkok kecil kuah mie pangsit sebagai sop. Seperti kuah pangsit pada umumnya, kuahnya tidak diberikan spices yang mencolok. Tapi setelah disruput, aroma “Bakkut” atau pork ribs-nya sangat terasa. I added a lil’ soysauce actually for a salty taste and I think you should too.
Ayamnya sendiri dipotong kecil-kecil daripada disajikan sepotong penuh. And what surprised me is gue nemuin minced pork di antara butiran-butiran nasi. Irisan timun, potongan telur dan suwiran bawang goreng pun melengkapi penampilan si Nasi Ayam Ko Amin ini.
The owner said that he has been selling since he was 10 years old. Awalnya bisnis berjalan dari orang tua dan dilanjutkan oleh Ko Amin sampai sekarang, sampai umur 47 tahun dan tetap mempertahankan citarasa Nasi Ayamnya yang tetap pas di hati.
Percayalah, ini hanya secuil kecil manusia-manusia pelanggan Ko Amin.
Selain dari Nasi Ayam, keluarga owner juga menjual Mie Pangsit tepat di sebelah sterling Ko Amin. Umurnya juga gak kalah senior. Bisa dibilang imbang-imbang Nasi Ayamnya.
So, this place gave me new memory and refreshed my mom’s childhood memories. Thousands of people out there may think so, too. Including you. You’re welcome to happily share your memories at this place with another MaMa’s kiddo in the comment section below.
Nasi Ayam Amin Jalan AR Hakim № 27, seberang Pajak Sukaramai, sebelah Permata Bank Buka dari jam 7 sampai habis #nonhalal Lokasi: https://goo.gl/maps/X8QxPriktjy
Sebenarnya tempat ini udah buka dari awal Januari 2017, dan after first visit gue memang udah niat pengen nulis di blog tapi asik terabaikan karena disibukkan oleh banyaknya jadwal konferensi pers dan jumpa fans…..di dalam mimpi. Okay moving on…
Walau halangan rintangan membentang, tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran (lirik lagu apakah ini?), akhirnya gue bisa nyiapin artikel ini. Maaf ya anak-anak MaMa kalau ada yang udah lama nungguin tempat ini dibahas, semoga berfaedah :)
Rumah Ropang claimed to be the first ropang in town, ya basically ada benar juganya karena mereka hadir dengan menu roti panggang (ropang) kekinian pertama di Medan. Kalau kamu sering ke Jakarta, kamu pasti udah nggak asing lagi sama tempat yang ngehits jualan ropang.
Mungkin kalau idealisnya jualan ropang aja, rasanya kalian bakal setuju nggak akan gitu jalan di Medan. Ya maklumlah, orang Medan kalo nyari tempat nongkrong pasti mau ada yang ‘makanan berat’ istilahnya, biar kenyang. Nggak mau rugi juga biar nggak ke tempat lain makan, mau mesen minum atau menu lain lagi. Ngaku aja pasti kalian ada yang begini, ya kan? :p
So, Rumah Ropang juga hadir dengan makanan lainnya, yaitu makanan sejuta umat di Indonesia, apalagi kalau bukan INDOMIE. Nah, Indomie yang di sini pun nggak mau kalah sama ropang nya, ikut kekinian juga dalam rasa-rasa yang ditawarkan ke kalian.
Lokasi Rumah Ropang gampang-gampang susah dicari. Kalau kalian dari arah Pasar Rame di Jalan Asia, lurus aja terus sampai simpang Jalan Emas, yang kalau kalian belok ke kiri bisa ke Yang Lim Plaza. (Jangan belok kiri) Nah dari simpang itu, kalian pelototin di sebelah kanan kalian, cuma jarak beberapa rumah dari sudut simpang yang kalian lewati.
Luarnya sih simpel aja, dengan papan nama bulat yang nggak mencolok, nah makanya agak susah ditemuin bagi yang pertama kali nyari tempat ini. Sore atau malamnya mungkin bakal sedikit terbantu dengan tanda jejeran lampu kuning di depan pintu masuknya.
Seperti yang dapat dilihat, ruangan tempat nongkrong nggak luas-luas amat, dengan area belakang dimanfaatkan sebagai dapur. Dengan meja dan kursi berdesign sederhana dan jumlah pas-pasan, serta dengan dinding yang dihiasi berbagai ornamen dan mural sederhana.
Beberapa menu yang kami pesan hari itu seperti di bawah.
Ropang Green Tea Red Bean 20rb — Ropang Ham & Cheese 20rb (klik untuk memperbesar)Indomie Goreng Sambal Matah 16rbIndomie Goreng Kolor Asin 20rb — Indomie Kuah Telor Asin Special 23rbSalted Egg Chicken 23rb — Sambal Matah Chicken 23rb
Personally, setelah beberapa kali gue ke sini mesen menu yang berbeda, gue tetep paling doyan sama Indomie Kuah Telor Asin Special nya. Apalagi kalau udah diaduk bareng cabe hijaunya. Buat yang suka pedas, ask for more cabe hijaunya, you’ll love it! Betewe, yang lain juga suka versi gorengnya yang Kolor (Kornet Telor) Asin.
Sementara untuk ropangnya sendiri, menurut kami kurang stand out ketimbang Indomienya yang lebih cocok untuk di-highlight. Inspite of that, setelah Rumah Ropang buka, memang nggak lama muncul rumah makan yang juga berusaha membawa menu Indomie kekinian sebagai main attraction, but tes sana sini, gue tetep bisa kepikiran untuk mau balik lagi ke sini ketimbang tempat lainnya.
Do they? Well, we want to hear from you.
In conclusion, kalau kamu nggak keberatan dengan tempat makan yang sempit dan agak bising kalo rame, serta pengen nongkrong santai sekitaran jam-jam sore ataupun malam, tempat ini boleh jadi opsi kalian. Most of the food is quite good and not too pricey, despite the ambiance. And by the way, mereka baru nambah beberapa menu baru nggak lama ini (buat kalian yang pengen revisit).
Rumah Ropang Jalan Asia №266C BUKA Selasa-Minggu 16.00–22.45/23.00 (weekend) Instagram: @rumahropang.id Lokasi: https://goo.gl/maps/4u25xPnq8MM2
Menyadari bahwa selera orang berbeda-beda, para penggiat jasa kuliner pun berbondong-bondong mengembangkan usaha mereka di sepanjang Jln. Dagan Medan.
Terdapat banyak rumah makan yang menawarkan jenis makanan yang berbeda-beda, dimulai dari makanan non-halal Agu Sio Bak Pui, RM. Keng Ce Pui (dengan konsep puluhan jenis lauk chinese food yang berbeda-beda setiap hari nya), Nasi Minang / Padang dan bahkan coffee shop juga ikut meramaikan jajaran rumah makan (if you like to call it tempat hang out) di sepanjang Jln. Dagan ini.
Namun, kupasan hari ini tentang RM. Dagan yang sempat shut down selama lebih kurang 1 kuartal. Yuuukks!
RM. Dagan, Jln. Dagan no. 3/8 D
Suasana RM. Dagan siang itu terlihat ramai dipadati pelanggan yang sedang menikmati makan siang, sambil sekedar mengobrol, menghabiskan waktu istirahat dengan rekan kerja atau teman.
Although the ownership has changed hands over the years, they remain committed to customer’s satisfaction. I asked if they changed cooks, but apparently the cook is still the same. Hence, many who know them are pleased they are still there and doing so well, after decades of history.
Lauk-lauk ala jawa yang sudah terkenal kelezatannya tampak memenuhi steling kaca. And do you spot any of your fav dishes here? Pls tell me if you love RENDANG SAPI too!
Ayam Goreng & Gulai Telur Bebek Mata Sapi
Selain Rendang Sapi, signature dish disini tak lain tak bukan adalah Gulai Telur Bebek Mata sapi, which has become their icon since they first started out. I’ll elaborate more about this later on.
RENDANG SAPI di sini memang JUARA! Beda dengan rendang padang, dianya tidak begitu pedas dan agak manis (namanya juga masakan jawa). Dengan bumbu pilihan serta daging yang empuk dengan sedikit lemak membuat rendang sapi disini terasa gurih dan cocok banget dimakan hanya dengan nasi putih saja. Pls scroll up and take another look at that beauty!
Gulai Telur Bebek Mata Sapi (6K)
Now comes their old time favorite Gulai Telur Bebek Mata Sapi. Normally I’m not a fan of sunny side up, but there’s something in this that makes it simply divine. Can’t remember I ever come across this kind of dish at other places.
Namanya memang gulai, tapi warnanya tidak semerah gulai pada umumnya. Telur bebek dimasak setengah matang (dalam artian, hanya satu sisi saja yang dimatangkan), kuning telur masih utuh dan tidak meluber. Nah sekarang bayangkan pada saat kuning telur meleleh dengan sempurna di lidah. Hmmm…
Ayam Semur dan Sambal Telur Bulat.Perkedel (6K), Tempe Bacem (6K) dan Urap.Ayam Goreng (13K) dan Ikan Sambal
Menu-menu diatas adalah menu-menu standard yang biasanya juga disajikan di rumah makan yang lain. Ayam goreng nya digoreng hingga kering dengan bumbu khas yang tidak begitu banyak kremesnya. Menu ayam goreng dimana-mana selalu favorit, ya kan?
Gulai Kepala Ikan (90K)
Selain yang telah disebutkan diatas, menu spesial lainnya adalah Gulai Kepala Ikan. Kuah gulai yang kental dan tekstur daging kepala ikan yang lembut membuat setiap orang ketagihan saat menyantapnya dengan nasi panas. Oh well, this is sinfully delicious and full of guilty pleasures.
Untuk kebanyakan orang, nasi yang disajikan dengan bungkusan daun pisang jauuuhhh lebih enak daripada menggunakan piring atau pembungkus lainnya. Kok bisa?! Makanya kesini juga requestnya bungkus daun pisang, lebih menggugah selera bukan?
So, sudah pada ingat kan menu-menu recommended disini?
Tempat yang gue singgahi ini juga tidak bernama. Satu-satunya ciri khas toko ini adalah nomor 64 yang terpampang besar di dinding tokonya.
Angka 64 yang cukup besar berada tepat di sebelah menu utama toko ini.Ayi (I called her so even though she’s not a Tionghoa, but she speaks Hokkian fluenty and married to a Tionghoa)
Pesanan gue hari ini adalah Kwetiau Kangkung Belacan. Sebenarnya gue pernah ke toko ini sekali dulu. This is my second time. And waktu itu gue pesennya Wat Fen, dan rasanya sungguh-sungguh menggetar lidah saya. Unluckily I didn’t take any picture that time, ’cause it happened years before I write for MaMa. Yeah, YEARS. We’ll talk about that later.
Sedikit gambaran, Wat Fen yang gue pesan waktu itu dilengkapi dengan isian yang cukup banyak dan lengkap dengan jeroan (boleh request untuk exclude jika tidak suka). Selain itu kuah Wat Fen tidak bening seperti umumnya, tetapi lebih kearah kuning keemasan. Kalau rasanya tidak perlu ditanyakan lagi. Untuk ukuran sebesar itu, gue sanggupi pesan 1 porsi lagi buat nambah. Well, you can assume the taste, right?
Seporsi besar Kwetiau Kangkung Belacan (40rb termasuk teh hangat)
Yang gue bahas kali ini adalah Kwetiau Kangkung Belacannya. Sepertinya si Ayi tidak terlalu banyak menggunakan garam atau micin untuk masakannya. Jadi, buat yang suka asin boleh nambahin dengan kecap yang disediakan di atas meja. Aroma terasi belacannya juga terasa, meski menurut gue, Ayi tidak memberi terlalu banyak sentuhan pedasnya.
Kalo dari segi isi, makanan Ayi ini justru kelewatan. Kelewat banyak… Seporsi besar Kwetiau (gue kombinasikan dengan mie) dimasak dengan telur bebek dan dilengkapi udang, bakso ikan, bakso udang, daging BB dan jeroannya. Lengkap banget dah pokoknya.
Seperti yang gue bilang sebelumnya udah bertahun-tahun sejak terakhir gue makan disini. Ayi ini sendiri udah jualan selama hampir 40 tahun. Awalnya bisnis dijalankan oleh suaminya. Unexpectedly, her hubby didn’t make it that long and had to leave her six years ago. Jadi, sejak 6 tahun lalu Ayi ini sendirian aja yang turun tangan buat masak.
Dari kebanyakan pelanggan setianya Ayi ini, rata-rata setuju kalo rasa yang dipresentasikan Ayi ini tetap sama seperti dulu saat suami Ayi ini masih jualan. Masih satu hati satu resep dengan suaminya.
Awalnya Ayi ini jualan di jalan Kutacane, lalu pindah ke jalan Sumatera dan terakhir menetap di Pasar Rame. Disinilah yang paling lama.
Oh ya, kalo mau kemari pintar-pintarlah cari waktu. Hindari jam-jam orang sibuk-sibuknya cari makan. Karena bakalan padat banget, apalagi toko Ayi ini cuma tersedia 4 meja, bahkan ada 3 meja yang hanya muat untuk dua orang berhadapan.
Kalo soal ventilasi, loe ga usah takut panas atau gerah meski ini di area Pasar Rame. Letak toko Ayi ini berada di sebelah jalan utama dan sangat terbuka. Si Ayi juga ngakalin agar asap tidak menyebar ke area pelanggan dengan dua kipas angin kecil. So smart!
Toko tidak bernama.
Gampang-gampang susah kalo mau cari toko Ayi ini. Susah karena kalo diberikan titik lokasi lewat Google Maps juga gak bakalan nemu. Gampang kalo bener-bener ikuti arahan dari gue, pasti ketemu.
So, patokannya dari pintu masuk Pasar Ramai di seberang Thamrin Plaza (yang berhadapan langsung dengan Thamrin Plaza). Lalu, lurus saja terus tanpa masuk ke area pasarnya. Sampai mentok ke area pertokoan ruko, belok kiri nah, bilik ke tiga di barisan kiri jalan pasti nampak tempat Ayi ini. Seberang Toko One Silver. Jangan salah jumpa ya, karena sebelum belokkan ada juga Ayi yang jualan Chinese Food (review tempat ini akan ditulis segera).
Selain Kwetiau, Capcai Ayi ini wajib coba juga, karena capcai Ayi ini primadona di tokonya. Sayangnya, waktu itu Ayi telat bilangnya. Buat loe yang udah pernah cobain Capcai Ayi ini, comment di bawah ya rasanya gimana.
Kwetiau Aheng Pasar Ramai Jalan Asia Baru, Pasar Ramai Jam Buka: Sesuai jam operasional Pasar Ramai (mostly until 5 pm) #Nonhalal
“Makan dulu dek… Nanti nasimu kembang”, said Ci Aling with her sweet smile behind her lips.
Tampilan sederhana Nasi Sayur Kien Seng.
Yes! Itulah kesan pertama gue ketika menginjakkan kaki di Nasi Sayur Kien Seng. Ramah. Senyum Ci Aling yang ceria membuka percakapan dan menanyakan pesanan gue hari ini. Since I was alone this time, I ordered enough food for only me, right after she granted permission to take pictures of her food.
Sepanjang gue jepret sana sini, si Cici cerita banyak tentang makanannya dan sejarah kedai nasi sayurnya. Sudah 40 tahun Nasi Sayur ini berjalan! Itu baru dihitung dari ketika diturunkan kepada orang tua Ci Aling. In fact, Nasi Sayur ini sudah mulai berjualan dari kakek nenek Ci Aling!
Ci Aling, generasi ke-3 Nasi Sayur Kien Seng
Well, everyone’s struggle ketika beli nasi sayur itu pasti saat milih lauk topping untuk nasinya. Gue dihadapkan dengan beragam macam pilihan lauk yang siap menantang rasa lapar perut gue. Mulai dari ikan, ayam, sampai daging babi pun tersedia. Dari yang pedes sampai yang manis-manis juga hadir melengkapi sterling Ci Aling. Dan gue selalu berakhir dengan memilih 2 jenis lauk.
Mata gue langsung tertuju pada setumpukan daging babi kecoklatan di bagian atas rak sterlingnya. Dan memang ternyata benar itulah favorit pelanggan-pelanggan setia Ci Aling. Menurutnya, Daging babi manis (dinamakan begitu karena Ci Aling juga gak tahu nama aslinya apa) ini sudah menjadi favorit sejak dari zaman mamanya.
Jadi, Daging Babi Manis ini aromanya seperti daging sate babi bumbu kacang khas masakan Chinese Food. Hanya saja tidak dimasak dengan kacang dan dimasak sepotong besar utuh. Namun yang paling penting nih, EMPUK! Tidak seperti daging sate babi panggang yang menurut gue cenderung keras dan agak alot.
Daging Babi Manis (8rb per potong), kalo makan di tempat di potong kecil-kecil dulu sama Ci Aling.
Selain dari Daging Babi Manisnya yang menjadi favorit, Rendang Babi, Lor Usus Babi (Broiled Pork’s Intestines) dan juga Sambal Ikan Pari menjadi pilihan terbaik pelanggan Ci Aling. Sedikit informasi, gue pernah pesan take away Rendang Babinya sebelum kunjungan kali ini. Dan menu inilah yang bikin gue buat berkunjung langsung kemari. Dagingnya juicy dan empuk dengan masih tersisa sedikit bagian lemaknya di dagingnya.
What about the plain mixed rice itself?
Nasi sayur kosongnya bikin kaget. Kombinasi sayurnya sih sederhana, hanya daun ubi santan, tauco, tumis teri dan tumis timun serta disiram bumbu rendang babi sedikit, you may ask for more if you want, dan nasinya cenderung kering tanpa kuah membanjir. Tapi jangan tertipu penampilan. Tanpa lauk aja, gue bisa habisin nasi sayurnya dengan lahap!
Nasi Sayur Kosong (tanpa lauk) yang cuma seharga 9rb.
Gak puas mata karena cuma 1 lauk, akhirnya dihidangkanlah oleh Ci Aling Sambal Ikan Pari. Tidak seperti sambal kedai nasi sayur lain yang biasanya terasa asin, sambal Ci Aling memiliki rasa manis aftertaste yang khas.
Awalnya gue kira manisnya karena dari daging parinya yang manis karena masih fresh. Tetapi, ketika gue klarifikasi ke Ci Aling, katanya biasanya tidak seperti itu. Biasanya memang terasa asin seperti sambal pada umumnya. But, personally i like it this way, sudah bosan juga dengan rasa nasi sayur yang mirip-mirip.
Sambal Ikan Pari (12rb per potong)
Oh my, this picture above really makes me drooling.
Nah, kebanyakan pelanggan Ci Aling sih take away nasi sayurnya. Mungkin ada sensasi tersendiri kalo makan nasi itu dibungkus dengan daun. Tapi buat kamu yang mau datang dan makan di tempat, silahkan saja. Karena tersedia banyak kursi dan meja disini.
Ekspresi si Abang mungkin karena keenakan.
Begitulah makan siang sederhana anak soleh kali ini. Oh ya, buat kamu yang sudah pernah mencoba Lor Tu Teng (Broiled Pork Intestine) Ci Aling, coba sharing ya dengan anak MaMa yang lain dengan comment di bawah. ^^
Nasi Sayur Kien Seng Jalan Aksara No 50, ditengah-tengah antara simpang Jalan Pukat VII dan Jalan Perguruan Buka: 11.00 — habis #nonhalal Lokasi: https://goo.gl/maps/rkjEfWsV63D2
“Benarkah memilih Mie Pangsit sesulit memilih jodoh hidup?”
Jadi sebenernya malam ini adalah Boys Night Out-nya anak-anak MaMa, a night that free from MaMa’s job, free from videos editing, free from articles writing and else. Atas rekomendasi salah satu anak MaMa, sebarisan ruko yang menjual mie pangsit dan chinese food di Mandala — yang tepat bersebelahan satu sama lain — menjadi pilihan MaMa.
Bener-bener hanya ada pilihan mie pangsit atau chinese food.
Benar saja! Begitu kami sampai di depan ruko-ruko ini, kami pun geleng-geleng kepala melihat begitu banyak sterling dengan makanan yang sejenis. Dan tanpa alasan tertentu pilihan kami jatuh ke ruko yang paling sudut, di dekat gang sebuah komplek, Chinese Food Ahue namanya. Hebatnya kami boleh memesan dari ruko sebelah!
That’s the spirit of Mandala United
Total ada sebanyak enam mangkuk mie pangsit yang kami pesan sesuai dengan jumlah sterling disana. Masing-masing mie pangsit yang disuguhkan ini memiliki keunikan masing-masing meskipun tidak berbeda begitu jauh.
Yang pertama dihidangkan itu Mie Pangsit Aho. Yang jelas sekali terlihat adalah kuah dagingnya yang banjir banget. Bentuk mie-nya sendiri tidak terlalu keriting dan tidak terlalu tebal dibandingkan Mie Pangsit Ahue.
Mie Pangsit Aho
Disusul kemudian oleh Mie Pangsit Apau. Nah, ciri khas Mie Pangsit Apau ini adalah ada topping bakso ikan bulat utuh pada Mienya dan sayur yang diberikan cukup generous. Tidak lupa juga Mie Pangsit Apau ini dilengkapi dengan bak yiu phok.
Mie Pangsit Apau
Kemudian secara marathon dihidangkan mie pangsit Immanuel, mie pangsit Kim Eng, dan mie pengsit Cemara. Kami pun mulai kebingungan menghapal bentuk, nama dan ciri khas masing-masing mie pangsit. Bahkan kuah pangsitnya pun sudah berhamburan tanpa diketahui yang mana punya siapa. Kecuali kuah mie pangsit Cemara yang terlihat jelas ada sepotong pangsit di dalamnya (tidak seperti pangsit lainnya yang disajikan di dalam mangkuk mie).
Dari kiri ke kanan: Mie Pangsit Immanuel, Mie Pangsit Kim Eng, Mie Pangsit Cemara
Karena bubuk merica yang terlihat jelas sekali diatas tumpukan daging cincang di Mie Pangsit Immanuel, akhirnya itulah yang menjadi dasar kami membedakan yang satu ini dengan yang lainnya. Bentuk mienya pun lebih keriting dibandingkan yang lainnya.
Mie PangsitKim Eng yang menurut gue lebih terlihat ‘umum’ daripada yang lainnya. Tidak ada kesan yang mencolok dari Mie Pangsit Kim Eng. Kami sempat tertukar antara Mie Pangsit Kim Eng dengan mie pangsit lainnya dengan warna mangkuk yang sama. Akhirnya kami menyadari bahwa Mie Pangsit Kim Eng adalah yang tidak menggunakan Bakso Ikan dibandingkan mie lain dengan yang warna mangkuk senada.
Sudah mulai bingung? Masih ada 2 mie pangsit lagi nih. Selowww.
Mie Pangsit Cemara juga muda ditandai karena ciri khasnya yaitu diberi topping Bakso Ikan tetapi diiris menyamping. Selain itu, Mie Pangsit Cemara ciri mienya yang paling tidak sekriwil dan paling tidak setebal dibandingkan lainnya.
Mie Pangsit Ahue
Yang terakhir disajikan nih Mie Pangsit Ahue. Personally, satu yang gue suka dari Mie Pangsit Ahue adalah bentuk mienya yang paling kriwil dan paling tebal diantara semuanya. Itu jugalah yang menjadi ciri pembeda Mie Pangsit Ahue dari yang lainnya.
Selain dari beberapa ciri khusus diatas, kami juga diberitahu bahwa pembedanya yang lain adalah mangkuknya. Mie pangsit Aho menggunakan mangkuk warna hijau berbahan melamin, warna putih melamin pada mie pangsit Ahue, mangkuk putih berbahan kaca pada mie pangsit Immanuel. Nah, seperti yang disebutkan diatas mie pangsit kim eng, cemara dan apau memiliki warna dan bahan mangkuk yang sama, maka pembedanya adalah toppingnya.
Dari kiri ke kanan: Mie Pangsit Apau, Mie Pangsit Kim Eng, Mie Pangsit Cemara
Oh ya, masing-masing kuah mie pangsitnya juga memiliki rasa berbeda. Unfortunately, the six bowls of soup were all scattered up. Ketika anak MaMa iseng melakukan ‘cupping session’ baru diketahui masing-masing sup berbeda. Ada yang kuah hambar diberi merica, ada yang beraroma micin yang khas, ada yang beraroma kaldu daging, ada yang justru hanya kuah hambar tok.
Maka, dengan ini sukseslah kami kenyang terbegok-begok akibat 6 mangkuk mie pangsit ditambah tambo 1 mangkuk Mie Pangsit Ahue lagi.
But before that, kami ada pesan bistik ayam dari Ahue sebagai pelengkap. Some of us agree that it tasted well, while one of us said that the gravy tasted just so so. Well, it depends on your taste preferences. Nah, daging fillet yang digunakan itu dipotong tipis tipis banget, lebih seperti daging fillet Chicken Holic menurut kami.
Bistik Ayam (35rb)
Dengan porsi yang besar dan rasa yang cukup memuaskan dahaga kami, ternyata harga yang ditawarkan sangat bersahabat di dompet kami. Untuk mie pangsitnya hanya seharga 11rb dan harga ini berlaku untuk semua gerai sama rata. Dan harga bistik ayamnya cuma 35rb. Itupun sudah termasuk yang paling elit menurut mereka, karena range harga Chinese Food mereka berkisar dari 25rb hingga maksimal 35rb saja.
Untuk budget meal bertiga atau berempat orang tempat ini sangat boleh dijadikan pilihan nih.
Nah, punya tempat lain lagi yang bisa kami kepoin seperti ini? Kasih tahu kami ya di comment section di bawah.
Chinese Food Mandala Jalan Mandala (dari Jln Perguruan belok kiri, deretas rukonya di sebelah kanan) Buka: Beda toko, beda jam operasional (mostly jam 19.00–23.00 semua buka) #nonhalal Lokasi: https://goo.gl/maps/NKWGTKm6yKK2
Seperti yang tadi gue bilang, kami pernah mengunjungi tempat ini sekitar tujuh tahun yang lalu. Buat reflash memory kalian, boleh coba dibaca nih artikelnya yang di atas. So, any changes this time? Or the taste remain the same?
Setelah sempat tersesat lantaran gue belok ke Jalan Perdagangan dan bukan Jalan Gwangju, akhirnya gue sampai juga di kedai Mie Ayam Akong Acim ini. Sterlingnya gampang banget dikenalin, ada tulisan Mie Ayam Akong Acim yang besar pada kacanya. Why should I said this?Buat yang belum pernah kemari, tepat di seberangnya ada Rumah Makan (sepertinya Chinese Food) yang menggunakan sterling juga. Gue sendiri sempat hampir salah masuk.
Dari kiri ke kanan: Sterling Lama dan Sterling Baru
Sambil menunggu anak MaMa yang lain, gue pesan dulu Lumpia Udang untuk ngemil dan mengganjal perut karena cacingnya yang sudah pada demo. Personally, buat gue Lumpia Udangnya tasted just so so. Nothing special. Bahkan menurut gue sedikit keras dan alot, mungkin karena sudah dingin. Jadi Lumpia Udangnya tidak freshly fried, artinya sudah digoreng dulu dan diletakkan. Ketika ada yang pesan tinggal di potong kecil-kecil.
Lumpia Udang (20rb)
Sebelum beraksi jepret-jepret, gue pesan dulu semangkuk mie ayamnya. Sambil memperhatikan proses pembuatannya, gue sempat bertanya berbagai hal sama si Cici yang buatin mie gue. Rupanya, kedai ini uda mulai berjualan dari tahun 1975. That’s 42 years, guys!Dari ayah suami Cici ini lalu terakhir di-handle oleh Cici sendiri.
Semangkuk Mie Ayam yang memancing kami jadi ngiler pun dihidangkan tepat di depan kami. Isi toppingnya tidak banyak berubah. Tetap dengan jagoan utama yaitu si mie dan si ayam suwir, dilengkapi bakso ikan, telur bebek dan irisan lumpia udang. Entah kenapa, buat gue penggunaan telur bebek instead of telur ayam bikin nilai plus untuk Mie Ayam cici ini.
p.s. Kami sempat menyebutkan penggunaan cakue di artikel yang sebelumnya. Nah, mungkin maksud kami itu adalah irisan Lumpia Udang. Teksturnya sama persis seperti pesanan Lumpia Udang kami.
Ayam suwir, irisan lumpia udang dan telur menjadi pelengkap Mie Ayamnya.
Kalo dibandingkan dengan Mie Ayam Kumango, Mie Ayam Akong Acim memiliki tekstur mie yang lebih tebal dan padat. Satu tambahan poin plus lagi, menurut gue pribadi yang notabene dominan karnivora adalah sayurnya yang direbus sampai benar-benar lembek. Gue sempat kira itu adalah sayur asin (Kiam Chay). Jadi, sayurnya tidak sekasar sayur mie pangsit pada umumnya.
Kiri: Mie Ayam saat kami review 5 tahun lalu — Kanan: Penampilan saat ini
Soal rasa udah gak perlu diragukan, buat gue sih gue rela 7 hari berturut-turut makan siang disini. Itu cara gue describe seenak apa Mie Ayamnya. Tapi, kalo soal harga, nah ini nih yang buat gue urung 7 hari berturut-turut makan siang disini. Cukup menguras dompet gue yang isinya gak seberapa.
Seporsi Mie Ayam ukuran normal atau original atau regular, apapun sebutannya, harganya 30rb. Unwillingly, gue lupa tanya harga porsi kecil dan jumbonya. Perbedaannya adalah porsi jumbo itu setengah kali lebih banyak dari porsi normal. Dan porsi kecil itu setengah kali lebih sedikit dari porsi normal.
Kesan tradisional atau vintage masih melekat erat pada interior kedai Cici ini. Meja yang disediakan pun tidak banyak, hanya berjumlah enam. Itupun dua meja digunakan oleh asisten si Cici untuk potong sayur dan lain sebagainya. Ada juga meja yang hanya bisa diisi dua orang duduk berdampingan.
Selama pengamatan gue disana, meja-mejanya tidak pernah kosong dan tidak pernah kekurangan. Pelanggan yang datang seolah-olah udah paham urutan dan datang bergantian satu setelah yang lainnya.
Nah, selain mie ayam, kami juga pesan bihun ayam disini. Sesederhana mengganti mie dengan bihun. Jadilah yang namanya bihun ayam.
Bihun Ayam
Buat yang pernah makan di seberangnya which is Chinese Food yang gue bilang, sharing ya pengalaman kulineranmu disana. Siapa tahu cocok untuk kami kunjungi berikutnya. ^^
I guess Pilastro no longer need introduction. Udah hampir 4 tahun exist di Medan, masa ‘honeymoon’nya juga udah abis, ditutupi oleh cafe2 baru yang lebih established. The latest branch yang ada di Jalan Sudirman merupakan hasil kolaborasi dengan Hana Bank, salah satu institusi finansial terkemuka di Korea.
Konsep Banking over Coffee ini maksudnya ialah Hana Bank menggandeng coffee shop (dalam case ini Pilastro) sebagai ‘Lounge’, namun sebagai cafe dan coffee shop, tempat ini juga terbuka untuk publik.
Yang paling saya sukai disini ialah lahan parkir yang luas dan nyaman, ditambah dengan suasana cafe yang tidak begitu luas namun terang dan cozy. Beberapa meja panjang dan sofa tampak mengisi interior coffee shop ini.
Tim MaMa mendapat undangan untuk menyicipi beberapa hidangan disini. Menu-menu yang ada di Pilastro Sudirman sih ga beda dengan Pilastro pusat yang berada di Jalan Bukit Barisan. Coming form an experienced establishment, they’re consistent in term of quality.
Since datangnya rame-rame, menu yang kami coba juga bervariatif agar bisa sharing.
Nasi Crispy Salted Chicken Egg (45rb) – What’s not to love when everything is melted with salted egg?Swedish Meatball with Raspberry Sauce & Baked Potato (69rb) – Inspired from Ikea, diolah dengan resep lokalEgg Benedict (59rb) – Salah satu brunch yang pernah mainstream tahun lalu. 2 poached egg with toast, mushroom, bacon, lalu dilumuri Hollandaise sauce.Lemon Butter Salmon Grill with Pompom Potato (130rb) – Ini sepertinya versi upgrade dari Salmon Jambalaya. Sedikit tangy dan pedas di bagian atas, asem lemon dan asinnya salmon, ngeklop banget di mulutChicken Mozarella with Fried Smashed Potato and Poached Egg (75rb) – Smashed potato yang digoreng dengan balutan tepung di layer bawah, dada ayam balur mozarella yang digoreng dengan tepung yang sama dengan smashed potato, lalu ada poached egg di lapisan atas, dengan salsa sauce sebagai sideEntrecote Lentinus de Aglio Olio (90rb) – A lite version from the entrecote cheese fondue yang pernah dijual di Pilastro Bukit Barisan. Sauteed Aglio dengan shitake, smoked beef, paired with 1 piece of grilled beef.Butter Rice with Tenderloin and Sunny Egg (59rb) – Termasuk menu baru yang lebih mencondongkan Asian Food based on demand and market. Nasinya fragrant, kids will enjoy this. Opt for chicken kalo kamu ga makan beef.Nasi Goreng Supremo (45rb) – Every cafe must have menu rite? Good ol nasi goreng jumbo dengan ayam goreng katsu, 2 potong udang goreng tepung dan mata sapi. Dijamin kenyang.
Dari segi kualitas makanan dan minuman, tidak ada yg berbeda antara Pilastro Sudirman dengan Pilastro Bukit Barisan. Menu variation juga bertambah banyak sejak pertama kali berdiri di tahun 2013. In the end, pilihannya hanya jatuh ke masalah preferensi aja, terutama masalah lokasi, kenyamanan, dan jam operasional.
Pilastro Sudirman ini buka dari pukul 08.00 pagi, cocok untuk early risers yg ingin menyeruput secangkir kopi sebelum bergerak ke aktivitas lainnya. Besides, there’s no intimidating attempt dari pihak Bank yang menawarkan produk, so don’t worry.
Perjalanan ke Brahrang kali ini kami tempuh setelah all out beraktifitas di Bukit Lawang sehari sebelumnya. Untuk recharge tenaga kami, kami milih tempat yang searah dari Bukit Lawang ke kota Medan, Brahrang to be exact.
Sebelumnya saat masih dalam perjalanan, kami membuat pertanyaan di Instagram Makanmana dan ternyata banyak sekali respon yang diterima anak-anak MaMa di Instagram. Alhasil tempat-tempat inilah yang menjadi tujuan kami.
Suasana Pek Cam Kee Lenk Hong
Kesan pertama yang gue rasakan itu terasa homey dan hangat di tempat ini. Atmosfir-atmosfir vintage-nya kontras banget kalo dibandingkan sama perkotaan Medan yang hiruk-pikuk. You’ll feel like you’ve been out of hometown for years and returning back here.
Sambil kami mempersiapkan mental dan mengosongkan ruang di perut setelah 3 jam perjalanan, pelayan pun menghampiri kami untuk mulai mengambil pesanan. Sayang sekali, kebanyakan makanannya sudah sold out berhubung waktu singgah kami yang udah cukup telat.
Alhasil, hanya 1 piring Nasi Ayam, 2 mangkok Bubur Ayam dan 1 porsi Pek Cam Kee signature-nya Lenk Hong yang kami pesan.
Bubur Ayam (15rb)
Jangan sepele soal yang namanya Bubur Ayam. Kalo kamu pikir bubur ayam itu cenderung hambar dan hanya bisa dicampurkan kecap asin, maka kamu salah besar. Bubur Ayam di Lenk Hong ini contohnya. Dengan suwiran ayam diatasnya, potongan Ca Kue, sayur dan bawang goreng berhasil menipu pikiran kami yang berpikir kalo bubur adalah makanan yang sederhana.
Kekentalan buburnya juga sesuai dengan kami, tidak terlalu kasar/kental dan tidak terlalu cair. Just tasted right.
Pek Cam Kee (120rb/ekor)
Menyusul si Bubur Ayam yang menjadi appetizer kami yang sempurna, ada si Pek Cam Kee signature-nya Lenk Hong. Satu porsi ini sih kalo untuk kami-kami yang ruang di perutnya luas rasanya kurang cukup. Tapi mengingat kami akan mengunjungi tempat lain, kami rasa porsi tersebut udah pas sebagai cap absen kita di Lenk Hong.
Personally, sentuhan aroma wijen khas Pek Cam Kee bener-bener menggugah rasa lapar gue. Ditambah lagi dengan bawang putih yang bejibun bikin si ayam makin menggoda. Soal rasa? Worry no more. Lembut dan terasa manis pada daging ayamnya. Intinya tidak sampai 5 menit itu ayam dihidangkan, potongan-potongan ayamnya sudah rapi dijajah sama kami yang predator buas ini.
Yang WAJIB BANGET KAMU PERHATIKAN adalah sambal kecapnya yang kena di hati. Langsung jatuh cinta ke cinta sejati pada pandangan pertama. Masuk ke hati terdalam. #halah #lebay. Jadi, kalo kamu kemari kamu harus banget minta sambal kecapnya.
Tempat berikutnya yang kami kunjungi berjarak tidak jauh dari Pek Cam Kee Lenk Hong. Cukuplah kalo ditempuh dengan berjalan kaki, sambil geser-geser isi perut kami biar bisa ngisi makanan lagi.
Masih di jalan Anggur, jalan yang sama dengan Pek Cam Kee Lenk Hong tadi, kami kunjungi Tau Kua He Chi Apo. Banyak yang rekomen kami ke tempat ini di Instagram. Don’t be shocked if you find out that there’re lots of flies.
Tau Kua He Chi di sini udah diwariskan ke generasi ke dua atau ke tiga kalau tidak salah. Ayi di foto atas adalah CEO-nya sekarang. Katanya sih, usaha ini dirintis oleh mertuanya dulu. Dan bumbu Tau Kua He Chi-nya masih original dari mertuanya. Quickly go there and try this food before the secret recipe is passed down to next generation. We can’t tell how will it tasted like later, but you must try the original recipe now, though.
Bahan-bahan makanan di sini, rata-rata masih fresh karena diproses saat ada yang memesan. Jadi, tahu atau tau kua, peyek udang dan udang gorengnya masih panas dan garing saat dihidangkan.
Tidak begitu lama kami menunggu, seporsi demi seporsi Tau Kua He Chi kami mulai dianterin. Kuahnya khas dengan warna merah pekat dan menurut gue pribadi lebih terasa asamnya, meanwhile menurut yang lain sih justru kemanisan. Kamu harus coba sendiri ke sini untuk tahu seperti apa rasanya. We all have our very own personal preference, right?
What shocked me is udangnya gede banget! Paling gede kalo dibandingkan sama isi-isi Tau Kua He Chi-nya yang lain. Ketika digigit terasa sih kalo tepungnya juga tebal, tapi ternyata udangnya sendiri juga berukuran besar kalo benar-benar kamu pisahkan dari tepungnya.
Personally, yang paling gue juarakan dari sekian banyak isi Tau Kua He Chi Apo adalah tahu kuning-nya atau Tau Kua. Terasa lembut banget dan fresh banget Tau Kua-nya. FYI, kata Tau Kua He Chi itu artinya Tau Kua (tahu kuning), He (udang) dan Chi (rajungan). Uniknya, di sini tidak digunakan rajungan tetapi diganti menjadi sejenis kue udang yang crunchy-crunchy gitu.
Sayangnya waktu dan kemampuan perut kami sudah nggak memadai untuk mengunjungi lokasi kulineran lainnya. Kami sempat berencana untuk mengunjungi Sagoli atau Sate Goyang Lidah dan bakso di sekitar sana yang katanya ciamik banget. Nah, kalo ada dari kamu yang pernah coba, kasih tahu kami ya dengan comment di bawah! ^^
Jauh sebelum Anak MaMa membuat voting gorengan kemudian mengunjungi Kim Kiok dan Pisang Goreng Dono, tempat ini sudah ada di list kunjungan kami. Dan maka dari itu, telah sampailah kami ke depan pintu gerbang Uyen 88 ini. Medan, 8 Desember 2017. Atas nama seluruh anak MaMa. Makan!
Ayi ini sebenarnya di tempat ini masih tergolong baru, sekitar 2 tahun. Tapi tetap kami sebut simpang Duyung karena memang hanya berjarak 5 ruko dari lokasi lamanya yang di Jalan Wahidin simpang Duyung. Di tempat itulah saksi bisu sejarah uyen Ayi ini teroekir selama belasan tahun.
Dari sterlingnya sendiri sebenarnya sudah nampak kue apa aja yang dijagokan Ayi ini, karena di luar daftar itu masih ada kue-kue lainnya. Tapi memang yang terkenal di kalangan pelanggan tetap Ayi ini adalah Uyen, Siomay dan Pok Pianya. Sayang pada kunjungan kami waktu itu Pok Pia sudah sold out. Akhirnya dua jagoan lainnya lah yang kami rekrut untuk mengisi kekosongan perut kami.
Perlu digaris bawahi kalo kandungan udang pada Siomaynya sangat generous. Terlihat dari ukuran siomaynya yang lebih besar dibandingkan dengan yang dijual Acek Kue Gunting di luaran sana. Udang banyak bukan garansi rasanya enak pikirku. Tetapi nyatanya pemikiran ini dipatahkan dengan aroma dan rasa Siomaynya yang ternyata juara.
Uyen yang dijual Ayi juga sangat cocok di lidah. Personally, model-model uyen yang bulat seperti ini yang kusukai. Kenapa? Ada dua sensasi yang kamu rasakan sekaligus: garing krenyes di bagian luar tapi lembut meleleh di bagian dalam uyennya. Masih terasa gurih-gurih pada uyennya, meski sepertinya tidak diberi terlalu banyak penyedap rasa. It taste just right!
Nah, buat kamu yang mau take away atau mau melakukan pesanan partai sangat bisa kok disediakan Ayi ini. Saya terus terang cukup terkesan dengan niat Ayi ini dalam membuat packaging yang baik untuk makanannya. Ini membuktikan Ayi ini serius dalam memberikan layanan yang baik terhadap konsumen.
Saat kami tanya tentang pilihannya menggunakan nama 88 sebagai nama tokonya, alasannya sangat simple. Karena menyukai angka 88 dan menurut anak Ayi ini angka 88 merupakan angka pembawa keberuntungan.
Nah, itulah tadi sedikit pengalamanku di PokPia 88. Yang udah pernah cobain PokPia Ayi ini coba sharing dulu ke MaMa seperti apa rasanya dengan komen di bawah ya. ^^