Bamboe Hijau atau lebih tepatnya Bamboe Hidjau?
Whatever the name of a restaurant / cafe / eatery, it must have been going through a careful consideration.

Same thing goes to the dishes offered by a restaurant / cafe / eatery, they must have been going through a thorough and careful consideration too.

In this case, I’m merely a foodie who love to eat under the sun and moon.
And at the same time, I love to doodle out my thoughts on what I put into my mouth too. We know that MaMa-nia are all smart readers, the only true judge of your taste buds, is still you yourself right?

Well, I’m done with the interlude, let’s go into the details of this place!

Bamboe Hijau Seafood menambah ramainya kuliner di daerah Griya atau Amir Hamzah. Mereka bukan pendatang baru, juga bukan pemain lama.

Restoran besar di area yang sama yang menyajikan makanan serupa menjadi kompetitor nyata. Tapi Bamboe Hijau terlihat memiliki fanbase yang cukup besar. Hal ini dapat dibuktikan dengan selalu ramainya mobil yang memadati tempat ini di setiap akhir pekan maupun libur nasional.

Nah, sebelum saya menulis lebih lanjut, pls first enjoy the pictures below. 7 foto dibawah ini adalah bagian dari Bamboe Hijau dimulai dari entrance hingga ke seating areas (indoor dan outdoor).

Nampak di sebelah kiri entrance sebuah taman bermain mini yang lengkap dengan ayunan dan jungkat-jungkit. Perosotan kok ga ada ya? Hmmm.

From the location and layout wise, everything was perfectly in place, walau kami agak terganggu sedikit dengan asap rokok dari customers yang lain. But yeah, we were sitting at outdoor area and thus can be tolerated.

Kebetulan kami pada saat itu datangnya ramai-ramai, maka lauk yang dipesan juga ramai-ramai dehh. Disimak satu-persatu dibawah ini yaa.

Bamboe Hijau menyediakan beberapa jenis tumisan sayur, dan kami pesan yang mainstream-mainstream saja, tumis kangkung belacan (20) dan tumis genjer belacan (20).
Both were good enough, walaupun rasa manis nya agak sedikit terlalu kuat.

Buat teman-teman MaMa-nia yang hobi makan seafood, nihh kami juga order Cumi Goreng Tepung (37).
Sederhana, enak, crispy dan gurih. Saus cabe cocolan tersedia di setiap meja, jadi silahkan nikmati free flow sepuasnya.

Masih seputaran seafood (ya iyalaahh, namanya juga resto seafood), kami juga order Udang Telur Asin (60).
Not the best one I ever had, racikan saus telur asin dan bumbu-bumbu lainnya terasa tidak menyatu dengan si udang.
Saya pribadi lebih menyukai saus telur asin berbentuk cairan yang kental dan lengket, namun ukuran udang lumayan gede.

Ok, this is my favorite menu of them all, Gurami Bakar (65).
Yang paling penting dalam menu ikan bakar adalah bumbu yang diolesi pada ikan harus kuat rasanya, jika tidak ikan malah akan terasa amis.
Dan gurami bakar disini maknyus sampai-sampai kami lupa memikirkan berat badan dan kami pesan lagi porsi ke-2.
But we were pretty disappointed, the second grill was not as good as the first.

Disamping itu, Ayam Bambu Hijau (38) juga dinobatkan sebagai signature dish disini. Too bad, the pic turned out blur, so I skipped posting it here. It tasted sweet too, not really to my liking but maybe OK for others.

In conclusion, rasa manis lebih mendominasi makanan yang disajikan disini. Suasana dine-in yang tenang dan adem bisa menjadikan tempat ini salah satu pilihan untuk berakhir pekan bersama dengan keluarga atau pacar atau mungkin sendiri untuk yang jomblo? Hmm..
Its your call, guys. It’s a family friendly place anyway.

Bamboe Hijau Seafood
Jln. Teuku Amir Hamzah, No. 9 (dekat simpang Jln. Karya)
Tel : 081375553377
Operation hours : Monday – Friday : 10am – 10pm.
Saturday & Sunday : 10am – 11pm.

Mungkin bagi sebagian besar masyarakat Medan, tempat ini sama sekali tidak diketahui. Tapi buat karyawan2 kantoran, rumah makan ini justru sebaliknya.

Rumah makan ini sebenarnya tak ada namanya. Beralamat di Jalan Bukit Barisan Dalam, which is… kalo lu di depan lapangan merdeka, masuk aja sebuah jalan kecil di sebelah Pilastro Cafe.

Rumah makan ini menyediakan hidangan bak masakan rumah. Nasi putih dihidangkan dengan beberapa jenis lauk yang dapat dipilih, biasanya 2 sampai 3, dan harganya pun bervariasi, mulai dari 20rb-an.

Untuk citarasa yang ditawarkan, kurang lebih mirip dengan masakan rumah, lebih light karena tidak menggunakan msg atau jika pun ada, mungkin hanya sedikit takarannya.

Namun, faktor inilah yang mungkin menjadi pertimbangan beberapa pegawai dan karyawan/karyawati yang berkunjung kesini, terutama yang tidak bawa catering atau concern dengan makanan luar yang lebih ‘intense’.

Rumah Makan Bukit Barisan Dalam
Jalan Bukit Barisan Dalam
11.30-15.00
Sabtu-Minggu Libur

Jajanan sekolah, siapa sih yang tak pernah membelinya? Saat sekolah dulu, mereka lah yang menjadi superhero penyelamat perut di kala lonceng akhir kelas berbunyi.

Salah satu sosok yang sudah cukup senior ialah Ameng. Pemuda paruh baya dengan ciri khas topi semi koboi dan postur yang sudah bungkuk ini tak banyak bicara.

Dengan suaranya yang lembut, menjajakan cemilan seperti popiah, risol, curry puff, pangsit goreng, bakwan udang. Kebanyakan berupa cemilan yang digoreng, walau ada juga menu lainnya seperti sate puyuh dan andalannya—Bihun Goreng Kuah Kari.

Sekilas memang nampak seperti bihun goreng polos saja. Harga sebungkus hanya goceng, sesuai budget anak sekolah. Nah, kalo bihun goreng seperti ini mungkin sudah sering dijumpai di jajanan sekolah lainnya.

Kuah kari yang disiram ke bihun pun menjadi ciri khas Ameng. Kuah karinya agak kental, jadi siramnya ga perlu banyak, cukup untuk membasahi bihun, ditambah beberapa potong kentang.

Soal rasa sih sebenarnya sih kalo mau dibilang enak kali yah engga juga. Maklum, saya alumni Sutomo 1.

Namun, Ameng berhasil memberikan sebuah nostalgia terutama buat alumni sekolah Hang Kesturi, Methodist, dan W.R.Supratman, tiga sekolah yang Ameng lalui.

Still, eating something that you give emotional feeling is far more accomplished than satisfying your palate only.

Ameng jajanan kue
Jadwal:
07.00-07.30 – Hang Kesturi
07.45-12.00 – Methodist 3
13.00-14.30 – W.R. Supratman
HP: 085360475689

Another day, another mie again. Kali ini lokasinya agak hidden dikit. Kurang mainstream sih sebenarnya kedai ini, karena yang jualnya juga udah paruh baya, ga tau soal socmed socmed-an.

Kedai Bakmi khas suku Hakka (Khek) ini berjualan di Jalan Garut, makanya dinamakan Bakmi Garut. Jalan Garut itu sebuah jalan kecil penghubung Jalan M.T. Haryono dan Jalan Bandung.

Biar ga tersesat, ambil patokan dari jalan M.T. Haryono simpang empat lampu merah Uniland/Restoran Ria. Setelah simpang tersebut, tumpukan perhatian ke sebuah jalan kecil di sebelah kanan sebelum Jalan Surabaya, itulah jalan Garut.

Rumah makan ini hanya menjual bakmi Khek, dan ada 2 pilihan mie yang dapat dipilih—Halus dan Kasar.

Salah satu karakter dari mie Garut ini ialah mie yang kenyal, sedikit sticky, dan jamur. Barangkali, ini satu-satunya Mie Khek yang pake jamur di Medan.

Nah, bagi yang udah pengalaman dengan mie ini seperti salah satu pembaca setia M1lkpui, rekomendasinya ialah Mie Kasar, terus minta cabe kental jadi bisa setel sendiri kepedesannya.

Untuk condiments dagingnya rada eneg, tapi mungkin bagi sebagian orang, makan mie ga komplit tanpa daging. Kalo budget mengizinkan, request tambahan jamur hehehe…

Kalo saya personally lebih suka bakmi kasar polos (16rb). Polos dalam arti mie direbus dan dikasi kaldu, daun bawang, bawang goreng, yen sui (daun ketumbar).

After all, ciri khas Bakmi Khek itu berada di tekstur mienya. And so far, Bakmi Garut has the best mie kasar I ever tried.

Bakmi Khek Garut
Jalan Garut
Jualan pagi – siang

Tentu ada kepuasan tersendiri kalau makan nasi padang sambil keringatan di rumah makan dengan suasana rame, pengap dan sempit.

Tapi… ada waktunya dimana ruangan ber-ac, pelayanan bagus dan interior cantik menjadi pilihan terutama di cuaca Medan yang segerah sepiring nasi padang.

Menempati gedung lama yang disulap menjadi kesan ultra modern, Rasa Bunda menyediakan hidangan khas Minang modern. Artinya kamu tetep bisa menemukan masakan minang seperti Rendang Sapi, Ayam Goreng Bumbu ataupun Gulai Kepala Ikan.

Di sisi modern-nya, disini juga ada hidangan ala carte seperti Nasi Goreng Rasa Bunda, Nasi Bakar, Udang Goreng Nestum dan berbagai Mocktail Juice.

Selain makanan dengan balutan modern, tentu yang lebih menarik perhatian kami ialah interior yang tertata apik dengan nuansa concrete dan kayu.

Buat yang lebih suka suasana alami non-ac, boleh duduk di area smoking yang langsung terhubung dengan taman kecil disamping jendela. Ditambah suara air terjun yang bikin adem, cocok kali lah…

Tapi apa daya selera kampung, walaupun berbagai makanan diatas menyentil lidah MaMa lumayan keras, nga ada yang lebih nendang seperti sepiring nasi sayur pake ayam.

Yoi, enaknya disini kamu bisa order Nasi Sayur lengkap dengan condiments dan lauk pilihan dan terhidang rapi di piring dan santap ditempat. Alternatively, kalau prefer nasi bungkus boleh juga request bungkus tapi makan ditempat (lebih authentic lagi).

Walaupun dibalut segala kemodernan dan cantiknya interior, menurut MaMa taste makanan masih sangat baik dan masih benar-benar terasa bumbu dan aroma khas masakan padang. Cobain juga rendang sapi dan ayam goreng bumbu-nya, rekomendasi MaMa.

Recommended? Absolutely, untuk suasana adem ayem non gerah, harga bersahabat dan taste yang enak. However MaMa yakin masih banyak penggemar nasi padang hardcore yang lebih prefer suasana riuh asli di rumah makan tradisional.

Semuanya kembali ke selera masing-masing, yes?

Rasa Bunda – Modern Minang Cuisine
Jl. Iskandar Muda No.274

Oke, mungkin menu ini udah sering kali diliat di blog MaMa. Bakmi Khek Irian Barat ini tidak berbeda jauh dengan outlet dan gerai bakmi Khek lainnya, tapi ada satu menu yang beda dan unik.

Bakmi goreng! Udah pernah nyoba belum?

Bakmi disini homemade, dan teksturnya sendiri lebih springy (kenyal). Ada sensasi yang berbeda tentunya saat dimakan, apalagi porsinya lumayan generous.

Tergantung selera, bisa request goreng telur doank atau komplit. Untuk sarapan, sebenarnya lebih cocok goreng telur aja, lebih light.

Sedangkan untuk bakmi Khek sendiri, dengan harga 16rb sebenarnya tergolong affordable. Tentu saja dari segi rasa belum dapat dibandingkan dengan sesepuh yang sudah melegenda.

Soal rasa, saos bakmi disini lebih encer, tastenya lebih light dan lauknya juga lebih minim.

Salah satu penyebab adanya menu bakmi Khek goreng ialah karena rumah makan ini juga menyediakan hidangan Chinese food.

Berhubung kunjungannya pagi, masih belum sempat ngerasain masakan khas Chinesenya. Still, bakmi goreng…quite a good breakfast buat yang bosen ama kwetiaw or mie.

Bakmi Khek Irian Barat
Jalan Irian Barat (Sebelah Uniland)
Buka: Pagi hingga jam 3 sore.

Kalau nyinggung jenis kuliner yang turut meramaikan kota Medan, salah satunya nih adalah mie sop. Coba hitung sudah berapa banyak gerai di Medan yang membawa mie sop sebagai ‘bintang utama’ mereka.

Salah satunya adalah Mie Sop Kampung, yang terletak di Jalan Bambu No. 50, di antara Jalan Sutomo dan Jalan Gaharu.

Tidaklah sulit menemukan gerai ini karena ditandai dengan banyaknya sepeda motor yang parkir di depannya bahkan mobil juga terlihat ramai di sekitarnya.

Lokasinya sedikit ‘unik’, karena berada di atas got dan di sebelah kuburan. By the way, gerai mie sop ini namanya Bamboe Cafe, in fact lebih mirip warung sih daripada cafe.

Siang itu memang rame banget pengunjungnya dan konon katanya sih betul Mie Sop Kampung ini hampir jarang sepi pengunjung.

Berhubung sudah jam makan siang dan perut kami juga sudah mulai ambil alih berbicara, langsung saja kami pesan mie sop yang sudah ‘terkenal’ ini ditemani beberapa macam gorengan.

Setelah kami icip-icip, kami bilang kuahnya yang ‘stand out’. Kuahnya memang terasa berbeda dari kuah mie sop lainnya, yang ini lebih terasa rempahnya.

Mie Sop Kampung ini memang disajikan bersama ayam goreng suwir dan tulangnya sekaligus, mungkin ini yang membantu membuat kuahnya terasa gurih karena meresap dari tulang ayam goreng yang telah dipotong-potong.

Selain mie sop, di sini juga tersedia sate kerang, tahu goreng, risol, sampai lumpia, sebagai pelengkap makan mie sop.

Yang ini semuanya bisa langsung ambil dan bayar di kasir. Yah seperti gerai mie sop umumnya, pelayanan di sini juga cukup cepat, cuma kalau memang lagi rame  ya kudu sabar sedikit deh.

Recommended? Well personally for us, kami akui memang kuahnya yang membuat mie sop ini berbeda, so we think it’s good but not superb. However, we don’t judge karena semua kembali ke selera masing-masing, toh?

Mie Sop Kampung Bamboe Cafe
Jalan Bambu No. 50, Medan
Open Hour: 13.30-23.00

Cabrita (baca: ka-bri-ta) Patisserie & Bakery terletak di Jalan A.H. Nasution No. 102, daerah Medan Johor. Cabrita didirikan sejak Agustus 2015 lalu. Bangunan yang sebelumnya merupakan rumah tua ini disulap menjadi sebuah tempat ‘nongkrong cantik’ yang kekinian. Welcome to Cabrita!

Di sela hiruk pikuknya kota Medan, Cabrita seakan menjadi sebuah ‘sweet escape’ yang mendamaikan.

Dengan konsep bangunan ala Eropa serta area outdoor yang bergaya klasik, membuat setiap pengunjung yang datang pasti akan berhenti untuk ber-selfie ataupun berfoto ria sejenak di sini, yes because of its photogenic design.

Memasuki pintu utama, kita akan disambut dengan berbagai pastry & bakery display sepanjang ruangan.

Cabrita sendiri memang lebih menganut ke arah French style, terlihat dari penampilan berbagai jenis pastry yang berada di dalam display, begitu pula jenis bakery yang tidak lari dari danish, croissant, dan semacamnya.

Nah, mari kita intip beberapa pilihan best-seller pastry of Cabrita.

Selain Mix Fruits Cheesecake, ada beberapa varian cheesecake lainnya seperti Strawberry Cheesecake dan Blueberry Cheesecake. Chocolate Velvet ini sendiri terdiri dari bahan utama chocolate sponge dan chocolate mousse premium.

Red Velvet yang dibaluti lapisan almond di luar, di tiap layer bagian dalamnya sendiri dilapisi oleh cream cheese.

Chocolate Tart dibuat dengan bahan utama chocolate ganache.

Dan, Vanilla Crunch sendiri terdiri dari bahan utama almond sponge, white mousse dan caramel.

Cabrita sendiri berharap dapat menarik pasar dengan harga yang cukup terjangkau.

Saat ini, bisnisnya masih lebih fokus ke take away, but worry not, di sini juga tersedia meja-meja untuk kamu dine-in, jadi kamu bisa senantiasa ‘nongkrong cantik’ di sini.

Ngomong-ngomong, ketika ditanya mengapa dinamakan “Cabrita”, ternyata ‘cabrita’ itu dari bahasa Spanyol yang artinya kambing kecil.

Hampir semua produk pastry or bakery of Cabrita yang memiliki komposisi dairy product yang menggunakan susu kambing asli, dan inilah mungkin salah satu faktor yang membuat Cabrita berbeda.

Cabrita sendiri memang memiliki peternakan kambing, dan  susu yang dihasilkan dari peternakan semuanya dibawa dan dipasteurisasi langsung di sini loh.

Ke depannya, Cabrita juga akan memanfaatkan kios mungil di samping area outdoor, sebagai mini bar yang menyediakan es krim dengan bahan utama susu kambing asli. Penasaran nih dengan rasanya.

Nah, buat kamu-kamu yang tinggal di daerah Johor, Titi Kuning, dan sekitarnya, tidak perlu jauh-jauh apalagi pusing mencari tempat ‘nongkrong cantik’ lagi.

Cabrita Patisserie & Bakery
Jalan A.H. Nasution No. 102, Medan
061-88802342
IG/FB: CabritaHouse
http://www.cabritahouse.com

Open Hour: 08.00-21.30
(Menerima delivery minimal pembelian 100rb/200rb sesuai lokasi)

Well, Jittlada sudah pernah tampil di blog MaMa pada tahun 2010 yang silam. A lot have changed rite? hence this post is up here today

What comes first in your mind when talking about Thai food?
Many of you might answer “Tom Yum Kung”, while the others might say “Pad Thai”.

Kalau saya sih tidak bisa menyebutkan semuanya disini, karena terlalu banyak yang saya rindukan di Land of Smile aka Thailand, khususnya Bangkok. Keliatan banget rakus nya ya kan? Hehehe.
Soalnya kalo ga rakus, ga bisa nulis-nulis disini, kata MaMa. Hahahaha.

Saya rasa sih semuanya setuju kalo saya bilang Medan sudah terlalu padat dan ramai dihuni oleh pelbagai ragam kuliner, dimulai dari traditional food sampai kepada modern cuisine, semuanya lengkap disini.

It’s just too many choices, sehingga dibutuhkan waktu yang agak lama untuk kembali lagi ke tempat yang sama.

Hal yang sama terjadi pada saya. Jika memori saya tidak ngaco, terakhir kali saya kesini adalah sekitaran tahun 2009 something.
7 tahun kemudian baru saya kembali lagi ke tempat ini. Oh my, udah lama banget ya.

But then, the good thing is, everything there seems like still very well maintained, service is still very good with the knowledgeable waiters.
Yok kemon kita ke review makanannya! Let’s go!

Untuk minuman, kami order Thai Iced Tea with Milk.
Cukup seger but it somehow could not bring back the taste I yearned for.
Tapi ga pa pa, kami telah mengorder beberapa menu makanan yang disebut sebagai jawara di Jittlada. Let’s see!

Kepiting kulit lunak ini dimasak dengan basil. Kalau teman-teman nanya gimana rasanya, it tasted a bit weird to me but I can’t tell what it was.

Mungkin bau dari daun basil nya kali ya yang membuat hidangan ini agak kurang cocok di lidah, lidah kita masih lidah ndeso ternyata. Harga cukup tinggi untuk si kulit lunak ini. Hmm..

Tom Yum Kung, my favorite!
Rasanya yang nikmat dan segar membuat Tom Yum menjadi sup favorite banyak orang. Kesukaan aku banget!
Ga sah kalo ada resto Thai yang tidak menyajikan Tom Yum.

Nah, yang ini beda tampilan di buku menu dengan realitanya.
Ukurannya kecil sampai-sampai kami kuatir kami tidak bisa menghabiskannya. Hahaha…
Rasanya fabulous untuk yang ini, saus cocolannya yang asam-asam manis itu enak benar!

Pad Thai disini agak beda dengan yang sejauh ini saya jumpain di resto-resto Thai yang lain ataupun di Thailand sendiri. Biasanya mie yang digunakan seperti kwetiau hanya tidak selebar kwetiau. Tapi mie yang digunakan disini lebih mirip bihun. But anyway, it’s just the appearance.

So, how about the taste? It’s good! Rasa manis, asam, gurih, semuanya campur aduk jadi satu. Jangan lupakan kacang tanah tumbuknya diaduk bersama ya.

And last but not least, dessert!
Padahal perut sudah kenyang habis. tapi mulut seakan tidak mau berhenti mengunyah. (Ciri-ciri orang rakus.. Hehhee..)

Aku suka ini, singkong direbus hingga begitu gurih, empuk dan lemak. Santan kental diatasnya juga terasa pekat dan nikmat banget.
Saya merasa berdosa banget waktu menelannya, hahaaha (ladies’ problem!)

Sebenarnya, kalau mau dihitung-hitung, berapa sih harga singkong sekilo, gula pasir dan santan? But here we gotta pay 35,5K (before tax) for 5 small pieces.

Oh well, namanya juga kita makan ga perlu pake nyuci piring segala, habis makan cabut.
So yeah, we know well that we are paying for the service as well.

Hey you, MaMa-nia, apakah Jittlada salah satu Resto Thai favorite anda?

PS : Harga-harga diatas masih belum termasuk pajak.

Jittlada Thai Cuisine
Cambridge Mall Medan
Tel : 061-4577220

Michi Cafe ini sebenarnya sudah lama banget masuk list kunjungan, cuman ntah apa penyebabnya, asik lupa aja. Besides, Tasbih jauh dari rumahhhhh…

Ceritanya berawal dari komen di blog Noni taon lalu, sampe akhirnya kemarin ada yang remind lagi di halaman rekomendasi. Kebetulan komennya hari sabtu, akhirnya minggu gw ama keluarga datengin tempat ini.

Bicara soal Tasbih, sebenarnya daerah ini aku kurang familiar. Berkat bantuan dari komen dan Noni serta Waze, akhirnya dapat juga lokasinya.

Petunjuknya sih, dekat Alfa Mart dan Anna Sui Salon. Cafe ini terletak pas di corner, jadi ada extra space buat outdoor seating.

Kesan pertama: ini rumah apa cafe sih?

Jadi sebenarnya tempat ini sekaligus merupakan tempat tinggal pemilik usaha juga. Bagian luar dijadikan tempat makan dengan beberapa meja.

Dengan cuaca Medan yang super gerah belakangan ini, outdoor seating di cafe ini sebenarnya tergolong adem, tertolong oleh banyaknya pohon yang rindang dan hembusan angin AC portable.

Tapi buat yang beneran ga tahan panas, ada pilihan VIP room yang merupakan salah satu partisi kamar yang dimodif.

Berhubung bawa anak dan takut makanan dan minumannya belepotan jatuh ke karpet, akhirnya ga jadi duduk sini deh.

Untuk sebuah cafe, or resto I’d say, menu-menu disini sebenarnya tergolong banyak lho, ga kalah variasinya ama resto-resto Jepang komersial lainnya di Medan.

Meski buku menu bergambar, kebanyakan foto sepertinya diambil dari sumber lain. Ya sudahlah, yang penting ada gambaran ketimbang nama Jepang yg susah dicerna.

Menu pertama yang keluar ialah Takoyaki. Untuk 18rb dapat 6 biji, ini murah abis. Sebagai menu perdana yang hadir di meja, rasanya menakjubkan. It’s a good first impression and successfully start the appetite.

Sashimi Moriawase, ikan dan gurita mentah. Awalnya agak ragu untuk memesan, salah satu faktornya ialah trafik resto yang tergolong rendah, jadi agak ragu dengan kesegaran stok makanan.

Untunglah sashiminya ga mengecewakan, not the freshest tapi sepadan dengan harganya.

Chashu Ramen, nope it’s not pork. Resto ini serve halal btw. Chashu yang dipake daging ayam yang sudah dimarinasi. Oh ya, ada sedikit rasa pedas di ramen ini.

Berhubung ramen sebelumnya sedikit pedas yang mengakibatkan anak saya ga sanggup mencicipinya, terpaksa saya pesan miso ramen.

Penampilannya hampir sama, namun daging ayam disini lebih plain, supnya lebih keruh (miso soup), namun kalo disuruh pilih, saya lebih suka chashu ramen.

Presentasi chicken katsu curry rice disini lumayan simpel. Nasi putih dengan chicken katsu disiram saos Japanese Curry yang kental serta disajikan dengan potongan wortel. Untuk menu yang satu ini rasanya just average.

Menu yang paling berkesan siang itu ialah Aburi Salmon Roll. Sebelumnya juga sudah diwanti wanti kalo menu sushi roll disini pada enak-enak semua.

Sushi ricenya agak lembek, namun kombinasi saos, daging, dan mayo serta salmon ini berhasil lumer didalam mulut. Untuk menu yang satu ini recommended.

Untuk minuman, teh-teh khas Jepang disini cukup bervariasi. Kami pesan Mugicha dan Hojicha (13rb), not refillable but it’s good and refreshing.

Saya sempat kongkow dengan pengelola cafe ini. Kurang tau kenapa pilihan namanya jatuh ke Michi Cafe, awalnya saya pikir ini nama pemilik wanita berkebangsaan Jepang, namun ternyata setelah diketahui bernama Ayuko.

Ayuko dan Ali bertemu di Yokohama. Ali, pria muslim kurus dengan warna kulit gelap ini merantau di Jepang selama 10 tahun lebih bekerja di pabrik dan menghabiskan part timenya di restoran untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Disanalah pengalaman menjalankan bisnis restoran tersebut didapatkan dan akhirnya bersama sang istri mencoba menjalankan usaha ini di rumah mereka.

“Kebetulan kan daerah Tasbih ini belum ada resto Jepang, nah kita coba dulu lah sebagai yang pertama, liat respon masyarakat sekitar sini gimana.”

Terus terang lokasinya saat ini menjadi kelemahan, tapi dimana lagi dapat anda temukan di Medan—Japanese cuisine in a house with Japanese hospitality?

Michi Cafe – Japanese cuisine (Halal)
Kompleks Tasbih I Blok AA35
Jalan Setia Budi, Medan.
Telp 061-8219744
Opening hour: 11 am – 10 pm.

Bangedouhua, sebuah nama yang mungkin terasa asing. Outlet ini menawarkan produk soya milk dan bean curd.

Perhaps, dari banyaknya outlet dan gerai yang berjualan produk sejenis, Bangedouhua menggunakan produk organik.

How true is it? honestly we have no answer. Outlet ini menggunakan ingredient yang diimpor. The nature with imported ingredient is higher selling price, but is it better than local product?

Untuk produknya sendiri sudah diproses di pagi hari, jadi tinggal grab and go, atau kalo prefer dine-in, tempat disini cukup kecil—beberapa meja kecil dengan poster, terlihat dine-in is not the main focus here.

Ga banyak menu yang ditawarkan, basically hanya soy bean dan black bean dalam 2 varian: soymilk & beancurd (kembang tahu).

I’d recommend the black bean, meski sedikit lebih mahal, flavor beans-nya lebih bold.

Tradisionally, makan kembang tahu sih biasanya panas-panas dengan siraman saos jahe encer. Bangedouhua hanya menawarkan produk yang sudah direfrigerated.

Untuk beancurdnya sendiri, teksturnya smooth and silky, pudding like. Personally, saya lebih suka tanpa saos gula aren jahe.

Satu masukan untuk Bangedouhua agar gulanya dipisah. Sudah beberapa tahun saya menjalani diet less sugar, less salt dan toleransi kadar gula di lidah ini berbeda dengan orang lain, and I find it a bit tad sweet.

Dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga pasaran, Bangedouhua mungkin menargetkan pasar tersendiri.

No gypsum powder, no coloring, no preservative, demikian garansi yang  berani ditawarkan. Tapi sejauh mana market Medan menerimanya? Time will tell.

Bangedouhua Organic Soy
Kompleks Asia Mega Mas Blok N-1
(arah ke perguruan tinggi Cendana)
0852-7043-4533

Nah, kalau kamu salah satu penggemar serial TV ‘Uttaran’ yang akhir-akhir ini lagi ngehits di Indonesia, tempat ini mesti masuk ke daftar tempat yang kudu kamu kunjungi.

Bollywood Food Centre, seperti hidden gem di sela-sela kota Medan yang semakin banyak bertebarnya tempat-tempat makan baru, baik itu sekedar gerai kecil sampai cafe berbudget tinggi. Kami cukup yakin banyak dari orang Medan yang belum tahu akan tempat ini.

Salah satu teman saya baru saja menceritakan tentang pengalamannya di salah satu rumah makan Indian food di Medan yang menurutnya ‘best’ banget. Setelah ditelusuri, ternyata yang dimaksudnya adalah tempat ini. What a coincidence!

Daerah Kampung Madras memang banyak ditemukan kehadiran kuliner yang diramaikan oleh etnis India. Bollywood Food Centre sendiri ini beralamat di Jalan Muara Takus No. 7, kalau jalan pintasnya sih keluar dari areal parkir belakang Sun Plaza, jalan kaki saja beberapa meter lalu belok kiri.

Seriously, tempat ini gak mencolok amat dari luar, penampilannya seperti rumah biasa, namun gak susah amat ditemukan sih. Cari aja papan nama yang menggantung ke arah luar jalan, ada tulisan Bollywood-nya.

Masuk ke dalam rumah makan ini, hanya ada lima meja rotan yang mengisi ruangan kecil itu. Asli sepi banget karena gak ada pengunjung lain sama sekali, dan saya pikir malah gak buka. Namun, tak lama seorang ibu keluar mengambil buku menu dan melayani kami.

Setelah disodorkan buku menu, kami lihat menunya cukup banyak loh ternyata, dan dibagi dalam beberapa kategori seperti vegetable, non vegetarian, rice, items of briyani, roti, pulses, snack, salad, dan minuman-minuman lainnya. Kemudian kami di-suggest beberapa menu favorit di sini. Cekidot!

Ini menu yang keluar duluan. Masala Tea, teh yang di-brew bersama rempah dan herb khas India, surprisingly good! Jangan khawatir akan rasa pedas ataupun bau menyengat, rasanya benar pas di lidah! Strawberry Lassi-nya juga best deh, btw ‘lassi’ itu sejenis minuman yoghurt khas India. Dan yang tak kelewatan jika ke rumah makan India, Teh Tarikh!

Selanjutnya, semua makanan keluar sekaligus juga. Yang pertama ini, Mutton Briyani. Well, bagi yang gak tau, briyani itu sejenis nasi yang dimasak dengan bumbu kuning dan rempah-rempah khas India. Mutton itu daging kambing, daging di sini empuk dan tidak berbau. Jempol untuk menu yang satu ini.

Yang ini, namanya Bhindi. Bhindi itu sebenarnya sayuran yang bernama okra atau lady fingers bahasa kerennya. Menu yang satu ini you should try, not sure how to describe it but perpaduan antara okra dengan bumbu khas India-nya, dapet banget! Apalagi disantap bersama briyani.

Nah kalau yang ini, Garlic Naan. Roti khas India ini di-suggest sama ibu yang melayani kami bahwa pasangan yang klop adalah Butter Chicken. Dan, memang benar tidak melebih-lebihkan, Butter Chicken cukup menjadi highlight pada makan siang kami hari itu.

Walaupun rata-rata makanan atau minuman di sini yang memuaskan kami, satu hal yang perlu kami mention to all readers terlebih dahulu. Kalau kamu beneran niat makan di sini, kamu kudu sabar, karena penyajiannya yang memang lama.

Berdasarkan hasil bincang-bincang kami dengan ibu tadi, dia menjelaskan memang penyajiannya agak lama karena menu dipersiapkan ketika memang ada tamu yang datang memesan, jadi benar-benar fresh

Masakan di sini benar-benar terasa khas Indianya, rempah atau bumbunya juga tidak menyengat, dan pastinya rasanya pas di lidah.

Menurut ibu ini, dia berani jamin masakan di sini berbeda rasanya dengan gerai-gerai Indian food lain di Medan. Dan saya cukup terkejut ternyata rumah makan ini telah berdiri selama puluhan tahun.

Recommended? Absolutely yes. Walaupun dengan lokasi yang tersembunyi di sela-sela, ruangan rumah makan yang seadanya, dan pelayanan yang cukup lama, tempat ini worth it untuk dicoba. Just because they serve the most authentic North Indian cuisine in the city.

Just make you sure you don’t come with hunger pangs.

Bollywood Food Centre
Jalan Muara Takus No. 7, Kampung Madras – Medan
061-4536494
061-7864987
0812 602 6001

Jaman sekarang kalau buka cafe bukan hanya soal taste aja, desain interior juga harus ciamik, instagramable, fotogenik dan bisa buat mejeng cantik.

Kalau kriteria cafe tempat tongkrongan kamu seperti disebut diatas then read no more. But click the button below kalau kamu penasaran soal taste dan dining experience.

Sesuai namanya, cafe ini memberi kesejukan taman ditengah hiruk pikuk Kota Medan. Bersebelahan dengan butik Etalase, lokasi ini sebelumnya juga ditempati rumah makan Nasi Kucing. Not sure kalau owner atau manajemen-nya sama.

Jujur MaMa juga mampir kesini karena tertarik dengan suasana-nya yang berbeda dengan cafe pada umumnya yang bertema industrial belakangan ini.

Salah satu menu andalan disini ialah Nasi 7 Keturunan. Yup, you read that right. Mungkin nama ini sesuai dengan hidangan nasi yang punya 7 rasa (dan 7 warna).

Basically ini menu nasi sayur dengan sepotong ayam semur dan 2 tusuk sate tempe (bukan daging). Taste is okay walaupun 7 nasi punya taste yang mirip-mirip (rasa nasi uduk).

Nasi Ayam Tidur di Bambu, walau cantik dari segi tampilan tapi rada ribet makannya. Ayam itu harus kamu keluarin dari bambu dan bungkusan daun harus dibuka untuk munculin si ayam. Bumbunya seperti bumbu pepes, dihidangkan dengan nasi putih dan lalapan.

By the way, MaMa nga yakin ayam itu dibakar didalam bambu karena nga ada bekas bakar sama sekali di bambu-nya (cuma sebagai hiasan).

Pulut Mangga ini agak “beda” dengan yang biasa kamu temui di Thai Restaurant. Alih-alih menggunakan santan sebagai dressing diatas pulut, menu ini disajikan dengan srikaya dan taburan wijen.

Manisnya cocok sebagai dessert tapi mangganya bukan jenis Lokmay, jadi terasa asem dan sedikit keras (kurang matang). Pulutnya juga terlalu lembek, well… mungkin lebih Indonesian Style.

Oiya buat kamu yang smoking, area smoking lumayan apik karena hiasan pohon-pohon besar yang berbaris disepanjang cafe membatasi jalan raya dengan area cafe. Hanya saja suara berisik kendaraan yang lalu lalang bakal sedikit mengganggu.

Salah satu masukan kami ke pihak manajemen ialah minuman yang terlalu manis. 2 minuman yang kami order yaitu Thai Ice Tea dan Teh Bunga sudah di request “pisah gula” tapi keluarnya minuman dengan rasa gula, dan ada gula terpisah dihidangkan manatau “kurang manis” lagi.

The drinks are big mistake, kecuali kamu bener-bener suka dengan rasa manis berlebih. Dan minuman berwarna biru itu taste like syrup with sugar and coloring. Duh…

Hidangan terakhir kami di meja ada Avocado Sandwich, isinya sayuran dan avocado. With mayonnaise. A lot of it.

Kalau saja mayonnaise-nya ga sebanyak itu, this dish would save the day. Avocado-nya bakal lebih terasa dan bukan hanya rasa manis mayonnaise.

Apabila kamu berkunjung kesini dan kurang puas dengan makanan atau minumannya, sebaiknya kamu sampaikan ke manager on duty, kan sayang tempat sebagus ini ditinggalkan hanya karena sedikit masalah detail makanan.

Overall conclusion di kunjungan kami, good ambience, nice attention to interior detail, could be improved food.

The Garden Cafe
Jalan Teuku Umar simpang Tumapel

Devit Oey, sebuah nama yang mungkin asing bagi awam. Tapi bagi pecinta healthy food di Medan, nama tersebut termasuk dalam jajaran healthy food catering yang kami rekomendasikan sebelumnya.

Perjalanan Devit berawal sekitar 3 tahun lalu. Pria asal Bogor ini awalnya bekerja di sebuah fitness club asal Jakarta. Bermula dari motivasi untuk menurunkan berat badan, Devit akhirnya belajar memasak untuk diri sendiri.

Seiring progres menurunkan berat badan, beberapa member yang melihat perkembangannya pun tertarik untuk mencoba makanannya.

Disinilah titik awal Devit melihat potensi bisnisnya. Maklum, 3 taon lalu belum banyak catering yang menyediakan healthy food.

Alhasil, flashback ke kurang lebih 2 tahun yang lalu saya pun memesan cateringnya selama sebulan. Salah satu alasannya ialah harganya yang lebih terjangkau (kurang lebih 20rb-an/meal, sudah termasuk delivery).

Namun perlu diakui bahwa masih terdapat beberapa kekurangan, seperti jadwal pengantaran yang masih acak kadul, kualitas makanan yang tidak konsisten, dan kurangnya variasi menu.

“Iya ko, waktu itu belum serius” Jawabnya ketika saya menemuinya di Powerbox. FYI, Powerbox ialah sebuah sasana Mixed Martial Art dan Muaythai yang terletak di Jalan S.Parman (seberang Koki Sunda).

Melihat demand yang terus meningkat, akhirnya Devit mulai serius menjalani bisnis ini. Akhir 2015 lalu saya mencobanya lagi, ternyata sudah banyak perkembangan!

Kini, Devit Oey membuka sebuah cafe kecil, menyediakan beberapa opsi healthy meal. “Biasanya kan orang harus order dulu, jadi buat yang mau makan, bisa datang kesini langsung.”

Menunya sendiri memang masih belum banyak. “Maklum, karena baru buka jadi ga berani stock banyak dulu, soalnya kan kita maunya serve dalam keadaan fresh.”

Salad identik dengan healthy toh? Porsi salad ini standar dengan cheery tomato, half boiled egg, kacang merah, jagung, tuna, capsicum dan selada. I find the tuna enjoyable, olahan sendiri, bukan kalengan.

Tuna again, hanya saja dibalut whole grain bread dan ada sedikit olesan mayo agar lebih scrumptious.

Unless you’re strictly particular on your diet, I see no point ordering this for 18rb. But yeah, maybe you have specific diet goal.

Olahan daging ayam dibalut di lemongrass dan lightly grilled. Agak dry, less oily but hey, this is healthy satay lilit.

For protein seeker, chicken grilled menggunakan potongan ayam dada, rasanya kurang lebih mirip dengan sate lilit, minus the lemongrass flavor.

Ayam suir is my personal favorite. Daging ayam marinated di sauteed dengan irisan wortel. I had this couple times and never get bored of it.

Minuman disini juga ga fancy. Carrot orange (18rb) tanpa gula.
Untuk shakenya, Devit menambahkan 1 scoop whey protein vanilla.

Let’s admit, healthy food will never outperform meals from commercial kitchen.

Sebagaimana mestinya healthy food, buat lidah yang udah terbiasa dengan makanan luar akan mengatakan makanan disini kurang uumpphh… So let’s compensate it for health benefit.

Tapi, untuk mengatasinya, Devit meracik sambel cabe yang dinamakan ‘Sambal C*bai’.

Sounds weird I know, tapi sambel ini lumayan menaikkan rasa intens di makanan, apalagi orang Medan yang rata-rata suka makanan pedas.

Like I said before, salah satu faktor yang saya suka dari Devit Oey Catering ialah harganya.

Boleh dibilang, dari beberapa competitor yang mematok harga 40-70rb/meal, Devit Oey bermain di range 30-40rb/meal. Tentu saja dengan harga demikian anda juga ga akan mendapatkan makanan dengan bahan premium.

Oh ya, catering disini juga ga pake komitmen. Anda dapat memesan untuk 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, bebas.

Saya sendiri belum sepenuhnya bisa commit dengan healthy lifestyle. Tapi bila timbangan sudah melewati ambang, opsi healthy food ini biasanya menjadi pilihan, antara 1-2 minggu hingga normal kembali ke berat badan yg diinginkan.

Devit Oey Powerbox Cafe
Jalan S.Parman No 252A (seberang Koki Sunda)
0878-8807-1731
082167571477

Hmmm, kota Medan memang sudah tak diragukan lagi dengan keanekaragaman kulinernya. Beragam kuliner dapat kamu temukan nongol di sela kota Medan manapun.

Salah satunya sebuah kompleks besar di Medan yang sudah terkenal akan bertebarnya spot-spot kuliner. Berlokasi di Kompleks Cemara Asri, yang menjadi sorotan MaMa kali ini adalah Rasa Resto.

Rasa Resto bisa ditemukan tanpa masuk melalui jalan besar utama kompleks Cemara Asri. Jika kita menelusuri Jalan Cemara terus (tidak masuk kompleks), restoran ini berada hampir di ujung kompleks menghadap ke arah luar Jalan Cemara.

Suasana ruangan Rasa Resto cukup luas dan bersih. Seperti layaknya restoran Chinese food lainnya, meja besar dilengkapi banyak kursi, karena memang dikhususkan untuk makan bersama family ataupun beramai-ramai bersama.

Rasa Resto menyediakan beragam jenis masakan dengan menggunakan bahan-bahan segar dan berkualitas. Ragam masakan di sini meliputi ayam, ikan, udang, seafood lainnya sampai sayur-sayuran.

Bintang utama kami siang itu adalah Steam Kerapu Tio Ciu. Nah dengan ukuran seperti ini, bisa kamu santap bersama untuk sampai lima orang.

Kemudian ada Cun Kien yang turut menemani kami. Porsinya juga cukup banyak, cocolin sama sambalnya biar lebih nikmat.

Selain menu daging, tak lupa kami juga memesan Tumis Sawi Crispy. Looks green and plain, but walaupun simpel begini, rasanya pas menemani makan siang kami.

Rasanya tak lengkap jika makan tak dilengkapi dengan sup. Yang mencuri perhatian kami adalah Tom Yum Seafood. Isinya cukup generous, dan rasa tom yum-nya agak ‘hybrid’. Penasaran? Coba tes deh.

Last but not the least, Cumi Goreng Telur Asin! Personally, menu ini yang memenangkan hati ini ciehh, it is finger licking good! For me, this is a must if you come here.

Betewe, jika kamu tidak sering berkeliaran di kompleks ini, Rasa Resto berbeda dengan Rasa Seafood. Walaupun satu manajemen, tapi variasi menu yang ditawarkan berbeda.

Nah, sebenarnya Rasa Resto selain sebagai rumah makan keluarga, restoran ini juga memfokuskan tempat buat acara wedding party, birthday party, seminar, dll loh di lantai 2 nya.

Oh ya, jika kamu datang ke sini, kamu bisa pilih lebih nyaman duduk di dalam ataupun menikmati angin malam di area outdoor.

Lokasi yang luas, cocok untuk bersama keluarga, harga yang kompetitif, menu yang disajikan fresh sesuai pesanan, and of course good food!

Rasa Resto
Kompleks Grand Cemara Asri, Jalan Cemara No. 88 CDEF, Medan
061-80033899

There’s been Penang food adoption lately. Masi inget Lye Kitchen or 31 Pare House? Yah, mungkin 2 itu contoh usaha yang sukses menggaet pasar Medan. So what has it got to do with the food up there?

Yeap, it’s Har Mee / He Mie / Mie Udang khas Penang dari Mr. Prawns. Kedai yang sepertinya belum masuk umur setaon ini bertempat di Jalan Yose Rizal, sebelah mie pangsit Tebing Ahwa.

Banner dengan warna orange yang nyolok dan foto-foto yang menggugah selera di instagram akhirnya membuat saya memutuskan untuk mencobanya bulan 12 lalu.

Dengan harga 28rb, beginilah penampakannya. Kuah dengan warna orange gelap hasil rebusan ampas udang (kepala dan kulit) menggenangi mie dan bihun.

Dan lauknya pun datang dengan angka yang konsisten—2 udang, 2 sliced pork, 2 baso udang, dan 2 telur… 1 bagi 2 maksudnya.

Seperti usaha makanan yang baru buka, cita rasanya masih ngegantung, terlihat dari kuahnya yang tidak saya habiskan, padahal esensinya kan justru kuahnya yang harus jadi peran dominan.

But anyway, kurang lebih 2 minggu yang lalu saya pun dikasi tau kalo mereka sudah melakukan modifikasi resep sesuai feedback customers. And so another visit to claim what they said.

Satu hal yang saya perhatikan ialah presentasinya yang masih sama dengan sebelumnya, walau kali ini tanpa chili paste (atau mungkin lupa ditaroh ya?)

This time though, I managed to finish the soup.

Kuahnya lebih gurih, intens dan nge-kick, but apart from the soup, the rest remain the same. Buat kamu yang sebelumnya terlanjur ‘kecewa’ dengan rasanya yang average, I urge you to give it another try.

Menu lain yang sempat dicoba ialah lau su pan. Admittedly walau taste good, it didn’t give memorable experience.

Selain Mie Udang, menu yang diumbar-umbar juga ialah Tu Kha Bihun (bihun kuah kaki babi) dan nasi sop babi. Namun, menu nasi sop babi hanya tersedia di hari sabtu.

Untuk kedua menu tersebut belum saya coba karena I’m not an avid pork leg lover. But to prove their claim again, it’s definitely on the next visit list.

Mr Prawns
Jalan Yose Rizal 34/60
(Dekat simpang jalan kotacane)
081-1630-1266
0853-7150-7999
Senin Libur

Nah, yang menjadi sorotan MaMa kali ini sebenarnya udah merupakan pemain lama (pake banget), tapi still stay eksis sampai hari ini sebab memang peminatnya yang masih banyak, dan menurut mereka karena rasanya yang ‘ngangenin’.

Tak lain dan tak bukan adalah D’crepes! Hayooo ngak, semua pada tau sama makanan ringan satu ini? Yuk kita telusuri lebih dalam tentang ‘bintang’ kita yang satu ini.

D’crepes berdiri semenjak tahun 1996, dengan outlet pertamanya di Plaza Senayan, Jakarta. Saat ini, D’crepes telah memiliki cabang lebih dari 60 outlet tersebar di Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Solo, Jogja, Surabaya, Bali, Makassar dan Medan. Dalam waktu dekat D’crepes juga akan hadir di kota-kota besar lainnya.

Hadir di Medan pada tahun 2002, D’crepes sekarang memiliki dua cabang, yaitu di Sun Plaza dan Medan Fair Plaza.

Btw, crepe sendiri itu adalah kue dadar tipis sejenis pancake (atau martabak) tipis yang terbuat dari gandum dan adonan rahasia khas D’crepes. Saat ini, crepes banyak kita jumpai di plaza-plaza ataupun shopping centre di berbagai kota kita.

Disajikan dengan teknik yang unik, ‘martabak tipis’ ini dimodif menjadi modern style dan menjadi salah satu makanan ringan yang cocok dan digemari oleh semua kalangan saat ini.

D’crepes disajikan dengan variasi topping yang manis, mulai dari choco chips, selai kacang, pisang, keju, ice cream, dan lain-lain. Juga bisa diisi dengan variasi topping yang gurih, seperti burger, smoked beef, bolognese, tuna, dan lain-lain.

Menu yang di tawarkan D’crepes terbagi tiga jenis utama, The Sweetest One, The Savory One, dan The Ice Cream.

Si hitam manis Cookies ‘n Cream, salah satu menu baru kreasi D’crepes. Menu ini dapat kamu pesan dengan pilihan crepes biasa ataupun crepes hitam.

Si kulit hitam adalah menu seasonal, jadi jangan sampai melewatkannya.

Salah satu menu baru juga adalah Kornet Crepes. Yang ini merupakan perpaduan kornet sapi dan kentang.

The next one is Beef Black Pepper. Yep, kalau yang ini lebih ke arah pedas.

Nah yang terakhir ini Crispy Choco Chips. Chocolate ice cream, choco chips, crunchy nuts, banana, what’s not to be liked?

Oh ya, best seller di sini adalah Choco Cheese, sayang tidak sempat MaMa tes. Dari banyaknya variasi menu, menurut peminat D’crepes, mereka lebih doyan yang ‘sweet’ rather than ‘spicy’.

Dengan kehadirannya yang sudah 20 tahun di Indonesia, D’crepes menjadi pionir crepes di Indonesia dan seakan menjadi ‘trendsetter’ produk crepes lainnya.

Lantas ketika ditanya apa yang membuat D’crepes berbeda dengan lainnya, adalah kulitnya yang gurih, renyah yang berbeda, aroma wangi yang berbeda sampai variasi topping nya yang inovatif.

Ngomong-ngomong, tiap bulannya D’crepes selalu berusaha hadir dengan inovasi menu baru yang dapat ditemukan serempak di semua outlet Indonesia.

Dan satu hal yang tak lupa kami mention adalah D’crepes menyediakan catering service untuk special occasion seperti bazaar, birthday, corporate gathering, wedding, dan lainnya.

Dalam anniversary 20 tahunnya, setiap tanggal 20, D’crepes hadir dengan ‘secret promo’ yang berbeda-beda, bisa saja dari diskon 20%, beli 2 gratis 1, sampai kejutan lainnya. Check out their social media for more info.

Berdiri selama 20 tahun, D’crepes sebagai trendsetter crepes di Indonesia hadir melalui berbagai outlet secara luas, harga yang terjangkau, berbagai variasi crepes yang inovatif, rasanya benar jika D’crepes memang ‘ngagenin’.

D’crepes
Sun Plaza 4th Floor, Jalan KH. Zainul Arifin No. 7, Medan
061-4527994
Facebook: D’Crepes Crepes
Instagram/Twitter: @d_crepes
http://www.dcrepes.com
Open Hour: 10 am – 10 pm

Howdy, MaMa-nia! I’m back! I’m back! I’m back!  Hehehe.
Udah kangen banget nih saya untuk cuap-cuap disini.
Lantas, apa topik yang akan saya angkat hari ini? Tak lain tak bukan adalah MIE PANGSIT AYONG 09 BINJAI.

Mie Pangsit Ayong 09 tidak hanya populer di kalangan orang lokal, tapi juga turis domestik.

Ada 2 gerai Mie Pangsit 09 di kota Binjai, yang masing-masing pemiliknya adalah abang beradik dan sama-sama menempati Jln. Husni Thamrin Binjai.

Mengapa demikian? Konon katanya disebabkan oleh konflik internal yang terjadi setelah diwariskan oleh sang Ayah.

Whatever the reason behind is, yang akan saya review ini adalah salah satu darinya.

Seperti yang saya dengar, gerai Mie Pangsit 09 (orang-orang menyebutnya “khong kau”, bacaan 09 dalam bahasa hokkian) telah eksis sejak papa saya masih sangat kecil.

Gerai mie ini (yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya) tetap saja ramai dipadati pengunjung hingga saat ini.

Foto diatas saya ambil pada suatu hari Minggu yang bertepatan dengan Tradisi Ceng Beng. Meja-meja terisi penuh dengan keluarga kecil maupun keluarga besar yang sedang bersantap makan siang.

Terlihat muka-muka bahagia dari mereka yang mungkin baru bisa menikmati semangkok mie ini setelah setahun tidak kembali ke kampung halaman.

Sedikit informasi tambahan untuk MaMa-nia, Tradisi Ceng Beng bagi orang Tionghoa adalah bagian terpenting dari budaya leluhur yang dilakukan hanya setahun sekali.

Anggota keluarga dari berbagai daerah (karena sudah merantau) bahkan dari luar negeri lebih memilih untuk pulang ke kampung halaman pada saat Festival Ceng Beng dibandingkan pada saat Hari Raya Imlek.

Maka dari itu, tidaklah heran jika restoran atau rumah makan akan penuh sesak selama tradisi Ceng Beng berlangsung, occupancy rate di hampir seluruh hotel di kota Medan juga akan meningkat dengan drastis selama lebih kurang 3 minggu.

Mau tidak mau, pengunjung diharuskan untuk menikmati suasana hiruk pikuk di dalam rumah makan ini di tengah hiruk pikuknya lalu lintas di luar rumah makan. (Bingung? hahaha)

Ya, pelayan yang berseliweran dan terus-terusan meneriaki setiap pesanan dari pengunjung membuat suasana dine-in disini menjadi hidup sehidup-hidupnya.

Cuaca panas + berdesak-desakan + suara teriakan pelayan.
Kebayang ga, guys? Hahahhaa.

Sepanjang pengetahuan saya (yang ternyata tidak panjang-panjang amat), disini hanya tersedia 1 macam mie saja, yaitu mie halus (correct me if I’m wrong ok?).

Kebetulan kami duduk di meja yang dindingnya tergantung bermacam-macam kerupuk. Jadi yaaahhh, selalu dehh dapet gratisan aroma “deodoran” dari pengunjung-pengunjung lain yang ingin “memetik” kerupuk dari gantungannya.

Well, the legendary noodle with decades of history was finally served to our table, after a not-too-long wait.

Entah mengapa, rasa yang pernah ada pada semangkok mie ini sudah tidak dapat saya temui lagi. Kualitas rasa sudah tidak seenak dulu, bahkan mie dan topping nya  terasa agak hambar di lidah.

Sebagai kompensasinya, saya menuangkan cukup banyak saus cabe dan cabe potong, but it didn’t help much though.

Most probably karena mass production sehingga output nya sedikit tidak terkontrol, bisa dimaklumi.

Tapi jangan panik dulu kawan, wantan goreng dan kerupuk udang yang merupakan specialty 09 tetap ciamik dan buat nagih! It saved the day!

Oh iya, di setiap meja juga tersedia sate kerang dan enak loh!

Karena sudah berada di Binjai, kami sekalian belanja kuliner yang lainnya. Salah satunya adalah Taukua Heci yang berlokasi di ruko Pasar Tavip Binjai.

Mereka adalah pemain lama yang juga sudah cukup terkenal. Same case, it turned out just not to be that good anymore, quality has somehow dropped quite a bit as well.

So, untuk MaMa-nia yang mengetahui tempat-tempat kuliner di Binjai yang asik dan yahud rasanya, pls feel free to share your thoughts in comment box below ok?

NB : Right after this post, I’ll come again with another Binjai’s culinary, so stay tuned!

Mie Pangsit Ayong 09
Jln. Husni Thamrin Binjai (owner yang tinggi, bukan yang berkacamata, dan ada usaha jual beli ikan jurung)

Hotel JW Marriott Medan kembali menyuguhkan thematic dining. Taon sebelumnya, hotel ini menggelar Middle East Cuisine (baca disini).

Kali ini, mereka mendatangkan Specialty Chef Netra Singh yang didatangkan langsung dari India.

Indian Food Festival ini sendiri diresmikan pada hari Minggu, tepatnya tanggal 1 Mei yang lalu, dan ditandai dengan acara pengguntingan pita secara simbolis oleh Consul General of India, Dr. Shalia Shah, didampingi oleh konsul negara sahabat lainnya.

Acara santap malam juga diiringi dengan penampilan tari-tarian khas India yaitu Bharathanatyam yang tampil eksotik.

Terbatasnya kuliner khas India di Medan ini membuat saya penasaran dengan apa yang ditawarkan di Marriott Cafe yang disulap menjadi Little India.

Di section ini kamu bisa jumpa dengan ketiga dish yang highly recommended, especially Chapli Kebab, intense and flavorful.

Indian Dishes

Selain menu khas India, sajian seperti dimsum, sushi, hidangan khas Indonesia, dan dessert section juga tersedia seperti biasanya.

Paket makan malam buffet Indian Food Festival sepuasnya ini sendiri dibanderol seharga Rp 298.000 nett per orang.

Is it worth it?

Terus terang, harga yang ditawarkan sebenarnya tergolong tidak murah.

Bahan baku yang dipakai kebanyakan diimpor langsung dari India. Walau bahan bakunya authentic, citarasanya ada sedikit diubah dan disesuaikan dengan lidah orang Medan (Baca: pedasin~)

But first of all, ask yourself this: Do you like Indian food?

Dari semua hidangan yang saya icip, overall the foods had good, and some—incredible taste.

Mengingat langkanya hidangan khas India yang available di Medan, if your budget allow: Give it a go.

*Or you can follow IG giveaway @makanmana and @jwmarriothotelmedan for chance to win vouchers.

JW MARRIOTT HOTEL MEDAN

Jl. Putri Hijau No. 10, Medan 20111, Indonesia

For more information and reservation:

+6261 4100 6300

IG: @jwmarriotthotelmedan 
FB: JWMarriottMedan
Twitter: @JWMarriottMedan

Salah satu makanan yang saya rindukan saat kuliah dan kerja di Malaysia dulu ialah Pan Mee.

Hidangan khas Malaysia ini kurang lebih menyerupai Hakka/Khek Mie, hanya saja ditambah beberapa lauk lainnya seperti ikan bilis, telur setengah matang, chili oil, chili flake.

Jadi sebelumnya di review Poh Cih ada yang komen bahwa telah dibuka outlet Pan Mee dekat Royal Condo.

Ketemu dah kalo signage nya segede gitu. Lokasinya antara Uncle Kaya dengan Coffee Box.

Kemarin setelah foto-foto seharian di Kenanga Garden, gw ama Handy pun akhirnya decide untuk dinner disana.

I don’t usually write about new establishment, tapi berhubung saat ini Hoo Yee hanya nawarin 1 menu, which is Chili Pan Mee, so why not blog about it.

Chili Pan Mee merupakan modifikasi dari Pan Mee original yang umumnya berkuah.

Untuk menu ini, biasanya disajikan kering alias kuah dipisah. Kuahnya sendiri dimasak dengan tulang babi, lalu diambil sebagian untuk dimasak bersama mie, sayuran, de el el semua, termasuk poached egg.

Selesai dimasak, mie dan telur pun dipisah, diberi saus lalu diserved dengan chili oil, minced pork, chili flakes, fried ikan bilis, dan daun bawang.

Dari semua Pan Mee yang pernah saya coba di Medan, boleh dikatakan Hoo Yee saat ini merupakan Pan Mee yang paling authentic dan mendekati versi aslinya di Kuala Lumpur.

Oh ya, cara memakannya pun unik, mirip dengan hidangan Bibimbap ala Korea, dimana semua bahan harus diaduk, termasuklah poached egg dengan kuning telur setengah matang.

Penasaran dengan hasilnya? Cobain sendiri deh.

*Kalo masih kurang pedas, masing-masing meja disediakan extra chili flakes dan oil, jadi bisa atur sendiri tingkat kepedesannya.

Personally, walau baru berumur seminggu, the experience was positive, walau hidangan sedikit lama keluar, namun dapat dimaklumi karena waktu yang dibutuhkan untuk memasak telur setengah matang tersebut.

Untuk minuman sendiri, saya personally recommend Teh Tarik Ice. The sweetness and aroma is just right. Walau disajikan dengan aluminium cup yang keliatan kecil, porsinya cukup banyak.

Saya sendiri berharap kedepannya ada varian Pan Mee yang lain, diantaranya mie tebal, dan mie koyak (hand-kneaded), sup dan gon-low (dry with dark brown ketchup), Yee Mee, serta hidangan-hidangan authentic khas Malaysia lainnya.

Let’s look forward to!

Hoo Yee Noodle House
Jalan Palang Merah d/h SukaMulia no 4
Komp Ruko Royal
Open: 09.00-20.00