Resurrection—mungkin kata yang tepat menggambarkan restoran yang sudah cukup lama meramaikan persaingan restoran jepang di Medan. Setelah sebelumnya bertengger lama di Sun Plaza dengan berbagai dilema setiap hendak berkunjung kesana, Itcho punya predikat tidak langsung seperti ‘alternatif’ lebih ekonomis daripada pemain besar seperti Sushi Tei yang lebih sering dijadikan tujuan utama restoran sushi.
Kini Itcho hadir di lokasi baru, seperti terlahir kembali di Jalan Kartini menggantikan Brew & Bites yang sudah tutup. We found this place accidentally. Yes, that’s your big problem Itcho, ga pernah promosi, ga pernah iklan, it seems forgotten dan mungkin tidak pernah dimasukkan ke perhitungan bagi konsumen yang lebih muda.
Nah kami memutuskan untuk mampir dan give it a try, apakah ada peningkatan baik dari segi rasa dan kualitas? Mengingat lokasi Itcho ini sangat sangat dekat sekali dengan Okaeri yang juga merupakan resto Jepang.
Ada perubahan yang signifikan yaitu kini Itcho menyediakan Non Halal Food. Beberapa menu terlihat menggunakan bacon sebagai bahan bakunya. Mungkin ini juga yang menjadi alasan perubahan nama minor menjadi “Shin Itcho” yang menurut translation mbah google artinya “baru”.
Shin Itcho tentunya kini punya area makan yang lebih luas dibandingkan lokasi lama di Sun Plaza. Kaiten Belt masih tetap dipertahankan dengan sushi chef di bagian tengah. Masih juga ada area ‘lesehan’ ala Jepang, namun kalau mau nyaman kami sarankan duduk di meja makan biasa.
Sebagai pembuka hidangan, ada Salmon Skin Karage—sang cemilan pujaan bagi setiap orang yang mengharapkan keberadaan nutrisi kolesterol baik dari Omega 3 sang salmon untuk mengimbangi lemak jahat yang terkumpul dari proses penggorengan kulit ikan tersebut. Salom skin karage disini well seasoned dengan potongan yang lumayan generous walaupun porsinya hanya cukup nyempil di gigi.
Nah kalau ke restoran sushi tentu harus pesen sushi sebagai main order. Kawa Sushi Moriawase yang termasuk dalam kategori mixed sushi ini terdiri atas 6 potong sushi dengan harga 95 ribu.
Harga yang lumayan untuk 6 potong sushi, namun dari ingredientsnya harusnya cukup beralasan, which is 2 Sake Sushi (salmon), 2 Maguro Sushi (Tuna), and 2 Unagi (belut). Salmon is OK, Unagi is spectacular and Tuna… well, we had better. Kalau potongan sushi-nya sedikit lebih besar, we had no complaint.
Godzilla Roll (90rb). Balutan fried soft shell crab dan timun dalam sushi rice dan diselimuti oleh taburan fish roe ini lumayan menggoda mata. Tapi ketika kami selesai melahapnya baru sadar di menu juga ditawarkan Spider Maki yang isinya juga sama dengan harga yang lebih murah 20 ribu. Apa gerangan yang terjadi disini?
Volcano Roll (70K) jadi menu sushi roll kedua yang hadir di meja. Sushi roll fushion ini berisi beberapa ingredients, tapi yang paling terasa yaitu fried prawn dan cucumber dengan topping saus seperti thousand island. Tastewise? Quite good, cocok buat kamu yang suka fusion sushi.
Then we had Okonomiyaki (50K) yaitu japanese pancake dengan isi mayoritas kol dan cumi-cumi disiram mayonnaise. Ini lebih cocok sebagai snack, share it with your eating buddy.
Menu yang muter-muter di Kaiten Belt terlihat sedikit dan kurang bervariasi, mungkin disesuaikan dengan jumlah pengunjung yang juga tidak terlalu ramai hari minggu siang itu. So we skip that.
Di kesempatan ini kami belum sempat menyicipi menu non-halal yang ditawarkan Shin Itcho, tapi strategi mereka mungkin saja bisa berhasil menggaet kembali customer yang mencari sesuatu yang beda. We will definitely come back with pork bacon in mind.
Shin Itcho Sushi
Jalan Kartini no 30