OK, sebetulnya rencana awal MaMa bukan kesini, namun karena lokasi makan rencana awal sudah tutup (walau masih jam 1 siang), akhirnya MaMa end up di Nasi Kampoeng. And glad we did…
Nasi Kampoeng yang berlokasi di Jalan Sumatera ini menyediakan masakan khas Sumatera Barat alias Nasi Padang. Jadi karena kami berlima siang itu “hidang aja bang!” hidang artinya lauk pauk disajikan semua di meja, nanti dihitung yang dimakan saja. Buat kamu yang datangnya sendirian bisa juga langsung pesan Nasi Sayur, langsung pilih lauknya.
Dari berbagai lauk yang terhidang, tentu saja mata nga bisa lepas dari Ayam Goreng-nya yang bikin iman sekuat apapun luntur. Disini disebut Ayam Pop, dan langsung digoreng saat ada orderan, jadi tetep panas. Very recommended!
Jangan lupa minta kuah gulai untuk siraman ke nasi. Nasi Padang nga lengkap tanpa kuah gulai, yes? Saran MaMa buat kamu yang jantungnya masih kuat, pilih gulai kambing, lebih aromatic! Favorit MaMa tambahin lagi cabe ijo dan aduk ke nasi, beuh!
Another notable menu disini terong sambel ijo dan jengkol, jamin bikin nambo nasi. MaMa juga sempet nyobain ayam rendang and it taste good too!
Untuk makan 5 orang dengan beberapa lauk sayuran, 9 potong ayam, 5 nasi dan teh tawar, seorangnya keluarin kocek 40rb, very reasonable price we’d say. Interested?
Saya yakin banget sudah banyak yang mengetahui keberadaan Mie Bagan ini di Medan. Teringat semasa masih di stall lama di Jln. Biawak, tempat itu selalu penuh sesak dan kami harus menunggu.
Paling tidak 15 menit untuk mendapatkan meja dan tempat duduk, itupun sudah dengan taktik berdiri sangat dekat pada meja yang kami incar. Hahaha! Sistem sharing meja disini juga sudah sangat normal.
Sejak 6 bulan yang lalu, mereka telah pindah ke tempat yang lebih luas di posisi pojok Jln. Madonglubis. Which means, HORRAY! No more desak-desakan!
Saya cukup surprised sebab tidak banyak meja yang occupied pagi itu. Namun, ternyata saya keliru, pengunjung datang silih berganti tidak lama setelah saya duduk di meja bagian dalam.
Tergantung preferensi, kamu bisa memilih untuk duduk di bagian dalam maupun di luar.
Owner Ko Henry, yang merupakan generasi kedua setelah orang tuanya, bekerja sangat cepat dan ligat di dalam ruangan kitchen yang disekat.
Makanan dikeluarkan melalui jendela tersebut seperti yang terlihat pada foto diatas. Proses rebus merebus mie, kwetiau, dll sudah tidak terlihat dari luar lagi sekarang.
Mie Bagan – Rp. 16,000.-
Ko Henry bercerita bahwa mereka telah berjualan Mie Bagan sejak dari kota Bagan Siapi Api 40 tahunan yang lalu. Senior player!
Mie Bagan ini sangat simple, mie dengan topping irisan tipis daging babi (yang merupakan ciri khas Mie Bagan), kerupuk udang yang digoreng sampai begitu kering dan tidak berminyak (my favorite!), sayur sawi dan bawang goreng.
Sekedar informasi dari Ko Henry, Mie Bagan yang autentik itu tidak merah warnanya. Warna merah dari Mie Bagan berasal dari saus yang merupakan optional ingredient.
Mie Bagan, menurut kebiasaan orang Bagan, dimakan hanya dengan cuka dan potongan cabe merah dan tidak dengan sup (next time dicoba yuk cara makan seperti itu).
Selain Mie Bagan, disini juga tersedia banyak pilihan yang menarik, diantaranya Lo Mie, Kwetiau, Mie Pangsit, dll. Saya akan mencoba menu lain disini dan share ke Mama-nia nantinya. Janji! Hehee.
Untuk Mama-nia yang berdomisili di Jakarta, supaya tidak ngiler melihat foto-foto ini, ada kabar gembira nih dari owner.
Mereka baru saja membuka cabang baru di Jakarta loh!
Coba hunting ke Mutiara Taman Palem, Blok A-20, No. 7. Cengkareng – Jakbar. Telp : 021-22520788.
Yahud bukan? :p
Udah pada tau donk dengan nasi goreng Pandu? Atau Julia Sari? Atau bahkan nasi goreng Pekantan?
Yah, inilah ‘kiblat’nya nasi goreng semalam suntuk, artinya mulai berjualan malam hingga pagi.
Nah, walau yang ini nama usahanya ‘Pandu Baru’, lokasinya ga berada di Jalan Pandu malahan.
Berada di kaki lima, Nasi goreng Pandu Baru ini berlokasi di Jalan Brig Jend Katamso, daerah avros. Supaya gampang dicari, lokasi ini dekat dengan pom bensin dan hanya beberapa ruko dengan AlfaMart.
Bukan Syahrul, tapi adiknya.
Ialah Syahrul yang dulu sempat bekerja di beberapa gerai nasi goreng di Jalan Pandu sebelum merintis usahanya sendiri.
Alasannya? “Di Pemuda dulu kan sistem bagi hasil bang, jadi kalo terlambat dikit datangnya langsung diliburkan bos—kadang seminggu, kadang 2 minggu…mau makan apa anak istri” Ucapnya.
Nah, kata ‘Pandu’ ini memang keramat, terbukti dari banyaknya kedai nasi goreng yang ada di sepanjang jalan ini, gerai ini membuat saya penasaran.
Walau volume dan frekwensi nasi goreng yang dimasak tidak sebesar di Jalan Pandu, gerai ini lumayan rame dikunjungi belakangan ini, ntahlah apakah harganya, atau memang citarasanya? Mari kita coba nasgornya.
Dari penampilan sih, ga ada yang berbeda dengan kiblatnya di Pandu, bahkan dari porsi juga. Nasi goreng polos, ditutup ama telur (boleh pilih dadar atau mata sapi), lalu ditaroh semur daging diatasnya.
Namun untuk citarasanya sendiri, lebih intens dan flavorful, sometimes tasted better than Pekantan yang rasanya tergantung mood tukang masaknya.
Even better, harganya cuman Ceban (alias 10rb) per bungkus, harga yang jauh lebih murah ketimbang gerai nasi goreng yang sudah mainstream.
Semur Ayam
Selain nasi goreng, tersedia juga semur, mie goreng, kwetiaw goreng, namun sepertinya tidak menyediakan capcay.
Beberapa kali kunjungan saya juga rasanya konsisten sebelum menulis review ini. Dibanding Pekantan dan Pandu, gerai new comer ini berhasil merebut hati MaMa.
Nasi Goreng Pandu Raya
Jalan Brig Jend Katamso (daerah Kampung Baru)
Lewat Klinik Teratai
Beberapa ruko dari AlfaMart
Seberang Amanda Brownies kukus
BUKA: 18.30-01.00
Dikarenakan ada tempat mejeng baru, jadi yah biar eksis belakangan ini saya jadi sering mampir ke Ringroad Citywalk, mall yang baru buka sekitar 3-4 bulan lalu.
Belum begitu banyak pilihan tempat makan yang tersedia disini, hanya beberapa, seperti Uncle K, Fountain, City Ice Cream, Jco…. Dan kali ini pilihan saya jatuh ke SultantE.
SultantE merupakan restoran yang berada dibawah pengelolaan Tre Mont. Berlokasi tepat disebelah Uncle K.
Awalnya saya mengira ini adalah coffee shop atau cafe, dengan interior yang modern dipadu furniture ber-ornamen kayu.
Ternyata setelah usut punya usut, tempat ini menyediakan Indonesian Food ala carte, selain ini juga dapat memilih menu ala nasi padang yang terlihat di pintu masuk.
Oh ya, beberapa menu kopi juga tersedia disini.
Pada kesempatan ini, karena lagi ‘ngidam’ sama yang segar-segar, jadi saya memesan Carrot Yakult. Jus wortel diberi ‘topping’ unik, sebotol yakult dicolokkan diatas.
Pertanyaan saya adalah, apakah botol yakult tersebut cukup steril untuk direndam disana? Beside that, ide campuran tersebut membuat rasa yang ditawarkan cukup unik dan hal baik lainnya jus wortel yang mereka tawarkan nggak terlalu manis.
Berbeda dengan beberapa tempat makan yang belakangan ini saya kunjungi. Pelanggan seperti ditawarkan minum air gula dengan jus, bukan minum jus pake gula. Biasanya saya mengakali dengan ‘Gula pisah ya’.
Bukan bermaksud paranoid dan sok sehat, namun dengan minuman semanis itu, yang namanya diabetes tinggal menunggu waktu saja menghampiri.
Saya belum bisa berkomentar banyak mengenai Cappuccino yang mereka sajikan. Namun secara pribadi, saya merasa susunya lebih dominan daripada kopinya.
Untuk makanan, Nasi Goreng Spesial menjadi pilihan. Rasanya nikmat dan nasi gorengnya nggak terlalu oily. Seperti nasi goreng pada umumnya, it’s good but not the best.
Menu yang menggoda pada saat itu adalah Mie Goreng Indonesia. Tekstur masaknya cukup pas, nggak kering namun nggak terlalu basah. Terasa agak lembab dibagian bawah. Nikmati sambil gigit cabe rawitnya, nendang!
Ketemunya dari instagram karena sering di-tag dan mention, Kari Lebong ini merupakan pemain baru. Dinamakan kari Lebong karena berjualan di Jalan Lebong.
Posisinya pas berada diseberang mie hokkien Amei, dengan sebuah banner merah menyolok dan sebuah maskot anak kecil dengan memakai cheong sam biru.
Namun jauh dari kenyataan, ternyata yang nyiapin makanannya justru seorang Akoh rada gemuk dan berkaca-mata hehehe…
Satu mangkok 30rb
Untuk menunya sendiri, terdapat pilihan bihun atau nasi putih, sedangkan untuk lauknya dapat memilih antar daging ayam atau daging sapi.
Proses hidangan disini pun cepat, karena sudah di prepare sebelumnya di mangkok mangkok kecil. Begitu pesanan tiba, wussss tinggal masak bihun, tuang lauk dari mangkok, kemudian siram kuah…siap dihidangkan!
Sebagai pemain baru, tentu saja harga jual kari disini lebih murah dibanding kari premium dengan brand ternama di kota Medan.
Walau demikian, kualitasnya tidak dikorbankan. “Kami pake ayam kampung” begitu klaim ownernya.
Ayam campur Sapi, boleh jugak!
Nah, buat yang penasaran dan ingin mencoba sesuatu yang beda dari kari yang udah mainstream di Medan, tempat ini boleh dijadikan pilihan.
Di Medan ini, sudah banyak resto Jepang yang menjaja kari, khususnya kari Jepang. Ojisan Curry hadir dengan konsep yang berbeda, lebih ‘merakyat’ dengan stall yang barusan hadir di Multatuli ini.
Terletak di seberang The Thirty Six Cafe, Ojisan merupakan kreasi baru dari Harry Anggono, yang dulunya merupakan owner Food Print Cafe.
Saya personally sudah beberapa kali mencicipi masakan Harry saat masih berada di Food Print, seorang yang peduli dengan kualitas makanannya.
Maka disaat saya diberi tahu bahwa dia banting setir merintis usaha barunya, why not go and give it a try.
Daftar menu
Di Ojisan ini, tentu saja menunya sudah scaled down, tidak sevariatif cafe dulunya, dan lebih spesifik ke kuliner khas Jepang, terutama Kari.
Karena baru saja berjalan beberapa minggu, ada beberapa menu yang belum tersedia seperti chicken yakitori dan cheese croquette curry, namun bakal available dalam waktu dekat karena keterbatasan SDM.
Let’s start with Ojisan Favorite eh? Ojisan Favorite (38rb) merupakan bento yang terdiri dari nasi putih dengan potongan chicken katsu, dilumuri saos teriyaki dan kemudian ditaburi grated cheese.
Ojisan Favorite
Untuk tastenya sendiri, saya suka dengan kuah karinya yang kentalnya pas (yah waktu itu langsung nyantap sih, jadi masih panas).
Ada sedikit sweetness di kuah kari, dan pedasnya masi nanggung, selain itu juga proporsi kuah boleh dibilang kurang kalo elu siram ke nasinya.
Nah, kalo 38rb terasa mahal, potong 8rb dapat menu yang mirip, minus cheese dan teriyaki sauce—a.k.aChicken Katsu Curry (30rb).
Menu selanjutnya yang menjadi favorit kami juga ialah Sweet Chicken Curry. Potongan ayam karaage yang sudah digoreng, dicampur ke baskom yang sudah berisi saos teriyaki dan wijen
Sweet Chicken Curry (30rb)
Untuk menu selain daging ayam, ada juga mushroom curry yang cocok buat vegetarian.
Mushroom Curry (30rb)
But wait, it’s the same price with sweet chicken curry. Sama-sama 30rb harganya, cuman dapat mushroom goreng. Is it worth it? Kalo kaya gw yang carnivore, yah udah jelas kaga…
Tentu saja dengan harga jual yang lebih rendah dibanding Japanese Curry yang sudah ada di Medan, ada sedikit pengorbanan juga.
Pemakaian beras Jepang diganti menjadi beras lokal, suasana makan di tempat juga kurang memadai, namun sepertinya mereka lebih menyarankan takeaway, karena packingannya sudah food grade, aman dipanaskan di microwave.
Selain itu juga saya berharap ada menu beef kedepannya. Setuju?
Ojisan Curry
Jalan Multatuli (Seberang Thirty Six Cafe/dekat Indomaret)
Buka: 12.00-21.00
Yuhuu!!
Oops! I mean “Huyuuu!” My favorite! Tidak heran jika gerobak Tok-Tok 888 Huyu di Bundaran Cemara Asri ini selalu packed dan crowded.
Steling dengan menggunakan sepeda motor ini tidaklah menarik penampilannya. Tapi cukup bersih dan enak dipandang. Yang paling penting, makanan yang disajikan dari gerobak ini juga enak di lidah.
It’s called Tok-Tok. But why Tok-Tok?
Tok-Tok adalah suara yang terdengar ketika kita mengetuk kayu. Itulah cara penjual Tok-Tok menjajakan street food ini sembari mengayuh sepeda atau mengendarai sepeda motor mengelilingi kota.
Saya tidak mengetahui persis apakah Tok-Tok 888 Huyu ini masih ada berjualan di jalan sambil tok-tok-tok. Yang saya tahu adalah Acek ini tetap standby di Bundaran Cemara Asri setiap sore.
Inilah ingredients yang top-markotop untuk seporsi Tok-Tok. Yummyy!
Sebut saja itu usus babi, darah babi dan kulit babi, semuanya soooo damn good! Broth atau kaldu kental yang masih panas diletakkan di panci yang berbeda seperti terlihat pada foto dibawah.
Selama prime time, Si Acek tidak henti-hentinya menggunting usus babi, kulit babi serta menyendok darah babi untuk diletakkan di pincuk.
Diatas pincuk sudah tersedia rebusan sayur kangkung dan tauge.
Oiyah! Ada bakwan sayur juga.
What’s next? Semuanya disiram dengan saos kental yang tadi saya sebutkan. I swear that you will find that the sauce is very addicting!! Penjelasan singkatnya, saus kental ini cenderung manis dan memiliki tendangan rasa yang pas!
Wait, that’s not the ending yet! Masih ada kerupuk yang garing yang dihancurkan dengan jari jemari Acek dan ditaburkan diatas. TokTok-mia lezatos!
Bagaimana? Apakah tulisan saya cukup meyakinkan Anda untuk datang mengunjungi Tok-Tok 888 Huyu?
Jangan kesorean ya guys, sebab Acek tidak menunggu lama. Beberapa kali saya kesana dan terpaksa harus pulang dengan kecewa sebab tidak dapat menemukan Acek disana.
Katering di Medan sebenarnya udah ada sejak dulu. Pola hidup yang makin padat aktifitas dan perkembangan zaman kerap membuat orang melupakan kesehatan.
Dari problema inilah muncul catering yang lebih spesifik. Belakangan ini, fenomena healthy catering pun semakin banyak terdengar.
Akhir taon 2014 dan awal 2015 merupakan momentum yang tepat untuk memulai usaha bisnis katering, setelah sebelumnya bisnis ini sukses di ibukota.
Bukan rahasia sih kalo fenomena ini populer sejak booming-nya Mayo Diet, sejenis diet tanpa garam dan minyak.
Semenjak itu, banyak sekali pelaku bisnis mulai berpromosi, kebanyakan bermula dari Instagram.
Nah, dari sekian banyaknya, beberapa ini menurut MaMa cukup exist dan populer.
The very first diet I had. Diet ini sebenarnya berawal dari diet Mayo dengan nama mayodetoxlite. Sesuai namanya, awalnya mereka hanya menawarkan paket diet mayo sebanyak 13 hari. Namun seiring waktu, Mayo.id juga menawarkan no salt (diet tanpa garam) dan diet rendah garam (less salt).
Less Salt Diet boleh dibilang sebagai pelopor program no salt diet di Medan. Selang waktu kemudian, mereka juga menambahkan paket less salt diet. Less Salt Diet merupakan healthy catering premium. Baru baru ini mereka juga meluncurkan program protein diet catering yang ditujukan untuk fitness mania.
The Bellies Project, sebuah brand premium dalam industri Healthy Catering di Medan. Konon chefnya mempunyai pengalaman di hotel bintang 5 di Singapura. Salah satu catering terbaik yang pernah saya coba, namun tentunya harus merogoh kantong untuk menikmati paket ini. Baru-baru ini mereka meluncurkan program Deluxe untuk menggarap segmen ekonomi menengah.
Catering yang satu ini justru bermula dari demand teman-teman Gym Devit yang ingin diet sehat dan menurunkan lemak. Awalnya Devit hanya menyediakan diet protein tinggi rendah karbo dan lemak.
Namun melihat potensi dan seiring waktu, Devit semakin serius mendalami bisnis ini dan terbukti kualitasnya semakin hari semakin baik.
Sensible Eating bermula dari ibu rumah tangga yang gemar memasak untuk anak-anaknya. Menu makanan yang variatif kemudian diperkenalkan dan dijual ke teman-temannya.
Feedback yang positif inilah kemudian dikembangkan menjadi bisnis katering, walau masih kecil-kecilan karena belum menggunakan dapur komersial.
That’s it?
Yah tentu ngak donk, jika kamu pernah coba yang lain atau punya rekomendasi, silahkan komentar dibawah yah :)
Baru tau ni kalo Naga3 Beerhouse juga menyediakan makanan, not just beer. Akhirnya MaMa memutuskan untuk berkunjung kesana di siang yang sedikit berasap.
Interior wise, this place is pretty cool. Walaupun nga besar amat (hanya 1 ruko), namun kesan mewah ala beerhouse terasa banget disini. Buat kamu yang demen dingin, head up to second floor. Ada juga live band setiap malam dari Selasa sampai Sabtu (21:00 – 00.00).
Terlahir dengan konsep beer house, tentu kamu bisa menemukan berbagai jenis beer disini mulai dari yang lokal, negara tetangga, sampai beer dari Eropa.
MaMa sebetulnya bukan penggemar beer, namun dengan begitu banyaknya pilihan jadi teringat masa indah di jaman kuliah dulu. Akhirnya terhidang di meja, Snowy Beer – house specialty dari Naga3 Beer house.
Snowy Beer (38 rb) ini ialah bir Bali Hai yang didinginkan di kulkas khusus dengan suhu sekitar minus 5 Celcius. Jadi saat disajikan, beer dalam keadaan setengah beku dengan partikel es yang setengah terbentuk. Oh yes you bet it’s refreshing!
Tentu aja nge-bir nga afdol tanpa snack. Pilihan jatuh ke Chicken Beer (30 rb) dan Tahu Balik (15 rb). Menurut penuturan pengelola, Tahu Balik ini didatangkan khusus dari Binjai.
Nasi Goreng Curry Penang
Ada beberapa pilihan Nasi Goreng sebagai pengisi perut disini. Salah satu yang menarik perhatian ialah Nasi Goreng Curry Penang (25 rb). Dengan taste curry-ish ini salah satu Nasi Goreng yang unik dan MaMa rekomendasikan buat kamu yang berkunjung kesini.
Nasi Goreng PattayaNasi Goreng Yang Chou
MaMa juga sempat cobain Nasi Goreng Pattaya dan Nasi Goreng Yang Chou (28 rb). It goes well with beer too.
Oya, satu yang spesial di Naga3 Beer house ialah mereka menyediakan Udang Galah Goreng (220 rb). Seporsi dengan 3 ekor udang ukuran besar dijamin bikin kamu penghobi udang puas, apalagi sambil ngebir.
In final words, Naga3 ternyata ga hanya menawarkan bir dan lokasi yang nyantai buat nge-bir. Tersedia juga makanan dengan harga yang terjangkau dan pilihan makanan yang variasi. Cheerss!
[Guest Post] Kuliner di kawasan Asia Mega Mas beberapa bulan belakangan ini memang sedang naik daun. Saya ingat salah seorang teman blogger dari Jakarta sengaja request untuk menuliskan review tentang kuliner di daerah ini.
Kesan pertama adalah seru banget. Rasanya malah lebih asik cuci mata daripada makan-makannya, apalagi kebetulan kami datang ketika selesai makan di Restoran Cahaya Baru.
Teman saya langsung excited tapi sayangnya kalau bawa kendaraan sendiri terutama mobil susah banget mencari parkir. Ada beberapa kali kami berkeliling sebelum akhirnya mendapatkan parkir yang lumayan jauh dari pusat keramaian Asia Mega Mas.
Awalnya saya mengira kawasan ini hanya akan dipenuhi oleh stand-stand makanan khas Taiwan. Beberapa temen memberikan bocoran kalau di tempat ini yang menjadi highlight adalah makanan penutup yang memang datang dari Negara seperti Korea dan Taiwan. Kenyataannya kita bisa menemukan tukang nasi goreng sampai durian di kawasan ini. Lengkap banget.
Yang paling menarik dari kawasan ini ada 3 tempat menurut saya pada malam itu. Kebetulan kami memang tidak terlalu meng-explore seluruh area. Pertama nasi goreng Bombay.
Menarik sekali melihat tukang masak nasi goreng di atas kuali (bentuknya tidak seperti kuali tapi lebih seperti pan) dengan bau yang menggoda.
Sayangnya malam itu kami kenyang sekali sehingga tidak sempat mencobanya tapi dari seorang teman yang pernah mencobanya, menurutnya rasa nasi gorengnya enak karena full dengan rempah-rempah. Harus dicoba lain kali.
Disebelah nasi goreng Bombay ada stand minuman dari jelly. Kebetulan kami sempat mencobanya. Rasanya segar dengan jelly yang terbuat dari sereh sehingga rasanya sedikit pedas tapi menyegarkan sekali terutama karena toppingnya ditambah buah-buahan. Pas untuk disantap di Medan yang selalu panas.
Tempat makan lain yang menarik disini adalah sebuah restaurant yang menyediakan makanan eksotik seperti daging biawak, ular dan kodok.
Kita sempat melihat-lihat seperti apa makanan yang disajikan disini dan penjualnya menunjukkan seporsi kodok goreng yang katanya menjadi favorite di tempat ini serta sup ular.
Tidak hanya makanan saja yang ada ditempat ini , jika hanya cuci mata atau berbelanja maka ada banyak sekali stand yang menjual baju-baju dengan harga cukup miring. Kalau dipikir-pikir tempat ini mirip sekali dengan pasar malam yang biasanya ada di kota Bangkok.
Selain baju, kosmetik dan cd palsu ternyata ada sebuah tempat yang dipagari bambu. Awalnya saya mengira ini hanya tempat penitipan anak tapi setelah didatangi ternyata ada banyak kelinci didalamnya dan anak-anak bebas bermain bersama kelinci tersebut. Walaupun kasihan karena sudah malam, kelicinya pasti capek banget.
Kawasan Kuliner Asia Mega Mas tentu saja memberi suasana baru untuk wisata kuliner di kota Medan. Di tempat ini rasanya tidak cukup satu hari untuk mencicipi semua makanan yang ada. Saya tentu ingin kembali ketempat ini untuk memesan 1 porsi nasi goreng Bombay ☺
Bagaimana dengan kamu? Apa yang kamu rekomendasikan dari tempat ini?
Artikel ini merupakan kontribusi dari Noni Khairani, seorang penulis dan travel blogger. Find out more about her and her articles at www.nonikhairani.com
[updated post] Sebenarnya sih tempat ini sudah kami review sebelumnya di taon 2009 lalu, namun karena waktu itu kami juga masih belum familiar dengan tempatnya (diboncengin), maka kali ini kami revisi lagi reviewnya, agar teman-teman semua bisa mencobanya.
Lokasi Tau Kua He Ci Sunggal ini termasuk susah dicari, tapi untunglah teknologi semakin mempermudah.
Berada di Jalan Bakul yang merupakan jalan arteri (jalan tikus), rumah makan ini terletak beberapa meter dari jalan besar Sunggal.
Jalan kecil ini memang sempit buat parkir. Untunglah ada sebuah tanah kosong pas di depan rumah makan ini, lebih gampang parkir.
Rumah makan dengan atap seng ini boleh dibilang sudah mengalami sedikit renovasi, lebih rapi dan bersih dari sebelumnya. Meja-meja juga yang sebelumnya kayu sudah berganti aluminium.
Lagi goreng rajungan…
Tidak banyak menu yang ditawarkan disini. Hanya ada 4, yakni tau kua he ci, e-mie (mie rebus), Bakso, dan Sate kacang. Primadonya? Tentu saja Tau Kua He Ci.
Tau Kua He Ci (25rb)
Tau Kua He Ci sendiri terdiri dari udang dan rajungan goreng tepung, kerupuk udang, tahu goreng, serta kangkung dan tauge rebus. Kemudian disiram saos kental kemerahan yang rasanya…well, sedikit asem manis with a little hint of tomate sauce.
Dapat dipastikan menu ini terhidang di setiap meja. Harganya yang relatif murah namun porsi udang yang ditawarkan berukuran besar inilah yang menjadi salah satu faktor kenapa tempat ini selalu ramai dikunjungi.
Selain He Ci, tersedia juga mie rebus buat yang ga suka saos kental berbasis tomat tersebut. Untuk menu yang satu ini boleh lah jadi menu pelengkap, cita rasanya standar saja.
Demikian juga baksonya. Rada banting rasanya menikmati sajian khas Chinese tiba-tiba mencicipi makanan khas Indonesia. Untuk yang satu ini, sorry…out!
Untunglah kekecewaan tadi berhasil diredam Sate kacang. Satu porsi yang terdiri dari 8 tusuk sate dan lontong ini dihargai 35rb.
Bumbu kacangnya tidak terlalu halus, jadi ada sedikit tekstur kacang ketika dilahap. Daging satenya juga lembut dan tidak overburnt.
Gerai yang berjualan didepan ini ternyata bukan part of the business, jadi begitu makanan dihidangkan, langsung bayar.
Harga yang relatif murah dan kelezatan dari He Chi inilah yang menjadi kebanggaan orang Sunggal. Walau lokasinya susah dicari dan tempatnya rada terpencil, ramai orang rela berdatangan, terutama di akhir pekan.
Apakah anda salah satunya?
Tau Kua He Chi Sunggal
Jalan Sunggal Gang Bakul
Senin Libur
Nah, ada 3 jenis manusia yang datang ke Rukako. Yang pertama obviously yang laper dan datang untuk makan. Jenis yang kedua ialah yang datang buat ngopi atau nge-bir. Kalo yang ketiga, yang paling spesial yaitu yang datang buat ber-selfie ria.
Walau masi berusia belia, rumah makan ini megah dibangun dan ditata dengan interior khas Indonesia masa tempo doeloe.
Kombinasi barang-barang antik digabung dengan perabotan Jati dengan design klasik serasa membawa kami kembali ke masa masa kolonial.
MaMa bahas satu persatu ketiga jenis pengunjung ini. Buat jenis pertama yang datang untuk makanan, mereka expecting Indonesian Food in a decent manner.
Nasi Bakar Rukako
Intinya Indonesian Food yang disulap sedemikian rupa menjadi lebih elegan dan tempting. Ini tempat yang cocok untuk menjamu tamu spesial.
Nasi Iga BakarNasi Kuning Rukako
Mungkin salah satu penyajian Indonesian Food terbaik bisa kamu temui disini. Bukan yang termurah, tapi di komplimen dengan lokasi yang nyaman dan wifi yang kenceng.
ayam panggang kolonialFettucine rempah kari
Worry not kalau kamu prefer western food. Ada beberapa varian steak dan pasta juga disini seperti Chicken Steak yang sempat MaMa cicipi. It taste OK.
Nah tipe pengunjung yang kedua ialah yang datang untuk nge-bir, atau dalam kamus MaMa ialah ngopi (MaMa is not a big fan of beer).
Ya tentu saja dengan interior bergaya kolonial, cara penyeduhan kopi juga masih gaya kolonial. No fancy machine here. Dark coffee at it’s darkest and boldest is what you get.
Live band disini juga memainkan lagu-lagu oldies dari jaman Siti Nurbaya loh. Kalau beruntung, MaMania bisa sambil bersenandung ditemani lagi dari Ebiet atau Koes Plus.
Nah tipe yang ketiga dan yang paling menarik untuk diperhatikan ialah tipe pengunjung yang dateng untuk selfies. Tingkah laku mereka lucu, gemesin dan bikin gerem.
MaMa sarankan duduk di taman belakang yang adem, barangkali aja mereka minta tolong buat difotoin. Barangkali…
Setelah membahas detail 3 jenis pengunjung disini, harusnya MaMania sudah punya bayangan nih, kamu jenis pengunjung yang mana. Kalau MaMa sih prefer duduk santai aja buat makan sambil numpang download atau update apps.
VIP room
The only minus is, lokasi yang cukup jauh dari pusat kota dan terletak di jalan kecil. Tapi begitu kamu sudah disini, lokasi parkir sangat luas dan kamu disambut bagai meneer dari Belanda (ya know that feeling).
[Updated post dari review 2008] Adakah dari MaMa-nia yang tidak tahu mengenai RM. Tabona? Jangan mengaku anak Medan jika demikian. Apa kata dunia? Hahaha….
Tabona sudah menjadi icon sepanjang masa milik kota Medan sejak puluhan tahun yang lalu. Bangga euy jadi anak Medan hihii…
Pada suatu Minggu yang cerah, saya dan seorang teman berkunjung ke Tabona. Incaran saya sejak saya mengenal Tabona adalah Bihun dengan Kari Sapi.
Rumah makan ini menempati hook antara Jln Wajir dan Jln. Mangkubumi. Mobil-mobil pengunjung tampak ramai memadati tempat ini.
Sangking padatnya, saya terpaksa bermain-mata dengan abang tukang parkir agar mendapatkan tempat parkir. Phew..
Tempat duduk outdoorTempat duduk indoorExtension ruangan indoor yang baru.
Pengunjung bebas memilih tempat duduk yang nyaman untuk menikmati pesanan mereka, outdoor atau indoor.
Dan ternyata telah ada tambahan ruangan indoor yang baru (dengan kursi berwarna biru). Ruangan tersebut terletak tepat di belakang Fresh & Press yang juga dikelola oleh anak pemilik Tabona.
Owner yang sedang sibuk menyiapkan pesanan pengunjung, seperti tampak pada foto dibawah ini.
Agar teman-teman MaMania dapat mengenal lebih jauh mengenai Tabona, mari kita mulai dari ingredients atau bahan yang dipake di Kari Tabona.
Ampela ayam (my favorite!)Potongan ayam.
Daging sapi, babat dan kikil.Bihun yang telah disiapkan di dalam mangkok guna efisiensi waktu.Demikian juga dengan potongan ayam, juga telah disiapkan di dalam mangkok-mangkok.
Nah, inilah kari andalan mereka, basic dari sebuah nama Tabona yang telah begitu tersohor hingga ke manca negara.
Sebagai puncaknya, ini yang ditunggu-tunggu, the end product Kari Bihun Tabona!
Curry broth sangat wangi dan tidak terlalu pekat, namun mengena di hati dan lidah.
Although it’s not my first time, tetap saja gumaman kata-kata “MMMmmmmm, yummmmy!” selalu terucapkan beberapa kali sampai habis seluruh isi di mangkok. Hahaha, katrok ya!
Daging sapi sangat lembut, empuk dan juicy! Lihat saja potongan babat yang diangkat dari mangkok itu, menggoda bukan?
Di dalam mangkok juga ada potongan kikil yang licin, bening dan empuk! I had a serious foodgasm upon biting into one of them!
Selain kari sapi, saya juga memesan Mie Pangsit.
Namun mie pangsit disini tidak terlalu berkesan. Dan saya dengar dari seorang teman, dia pernah melihat ada pengunjung yang menikmati mie pangsit dengan kuah kari. Hahaha, what a unique way to savour the food!
Mie Pangsit Rp. 22,000.-
In conclusion, you may skip the Mie Pangsit, but cannot miss the Kari!
Jadi ceritanya lagi pengen sarapan di daerah Kampung Madras sebelum mulai foto menu di Chapter One.
Karena waktu uda rada mepet akhirnya ketemu satu rumah makan yang ngejual sarapan khas Chinese klasik—kwetiaw goreng.
Lokasinya hanya beberapa ruko dari Rumah Sakit Materna. Menurut pengelola sekaligus chefnya Nisa (begitu namanya disebut), ternyata rumah makan ini sudah exist selama 35 tahun.
Awalnya usaha ini dikelola oleh orang tuanya, namun seiring waktu digantikan oleh kakak Nisa yang kemudian hijrah ke USA, sehingga mau tak mau Nisa turun tangan untuk melanjutkan usaha ini.
Satu hal unik yang saya jumpai ialah pemakaian arang dan kayu dalam memasak.
Kenapa harus mengkombinasikan? Ternyata masing-masing kayu dan arang menciptakan suhu yang berbeda, begitu jawaban Nisa.
Panas dan suhu kayu lebih ‘kering’ dan cepat habis, sedangkan suhu arang lebih ‘basah’ dan panasnya lama.
Terus terang saya sendiri masih belum ngerti logikanya, tapi begitulah tradisi yang sudah diwariskan.
Bihun Goreng Telur
Pagi itu saya pesan bihun goreng telur, lebih light dibandingkan kwetiaw.
Untuk rasanya sendiri, lebih menjurus ke manis di endingnya, tipikal chinese food yang banyak memakai kecap asin dan kecap manis.
Kwetiau goreng telur
Satu hal yang menarik dari rumah makan ini ialah pelanggan yang mayoritas muslim.
Memang, ga mudah mencari sarapan chinese food yang halal, apalagi dimasak langsung oleh kaum Tionghoa.
Sebagai pengusaha, Nisa sendiri berhasil menciptakan market tersendiri, walau terus terang soal rasa, MaMa masih prefer yang dimasak dengan lard.
Nah, buat teman2 muslim yang kepengen nyoba sarapan chinese food seperti kwetiaw goreng dan sejenisnya yang halal, rumah makan ini bisa jadi pilihan.
Kwetiaw Nisa Materna
Jalan Teuku Umar (Beberapa ruko dari RS Materna)
Karena selama ini MaMa disibukkan dengan kegiatan yang senantiasa berhubungan dengan kuliner alias makan terus, otomatis yang namanya urusan kesehatan jadi terbengkalai.
Nah mungkin ini bisa jadi jawaban untuk MaMa yang perlu olahraga singkat tapi tetap intens.
MaMa pertama kali diperkenalkan dengan 20 Fit awal tahun kemarin, namun baru kali ini berkesempatan nyobain exercise yang menggunakan teknologi EMS ini.
Cozy beautiful interiorTraining room
Teknologi EMS atau Electrical Muscle Stimulation sebetulnya bukan teknologi baru, namun belakangan ini diadopsikan untuk bidang olahraga.
Dalam bahasa singkat, teknologi ini memaksimalkan kontraksi otot melalui impulse listrik yang dialirkan ke badan kita.
Anton, our kerempeng cinematographer
Sebelum latihan dimulai, trainer akan mengukur berbagai data tubuh kita seperti kadar lemak, berat badan, massa tubuh, perbandingan lemak dan otot, asupan kalori, dll.
Dengan data tersebut, trainer bisa memaksimalkan latihan sesuai dengan kondisi fisik kita.
Selain itu tidak seperti fitness konvensional lainnya, di 20 Fit kita nga harus membawa berbagai peralatan mandi atau baju ganti karena semua sudah disediakan disini.
Baju training akan disediakan jadi kita bisa pulang dengan baju yang kita pakai saat datang.
Walaupun data MaMa nilainya merah semua (kadar fat jauh diatas muscle dan berat badan far beyond acceptable), tidak mengurungkan niat MaMa untuk segera memulai latihan.
Ini nih mesin yang mengalirkan listrik ke badan kitaRompi dan kabel buat ngalirin arus listrik
Impulse listrik dialirkan melalui kabel-kabel dan terhubung ke rompi khusus yang nantinya kita pakai. Rompi ini akan disemprot basah dengan air terlebih dahulu oleh trainer, tujuannya agar arus listrik mengalir merata di badan kita.
Btw, ini sama sekali ga berbahaya koq, karena di luar negeri sana pada mulanya EMS based training digunakan untuk para olahragawan dalam masa rehabilitasi atau manula yang movementnya sudah terbatas.
Pemanasan dulu sebelum latihan dimulai
Electric Pulse yang dialirkan ke badan juga bisa diatur tingkat intensitasnya oleh trainer sesuai dengan kemampuan. Tentu saja MaMa request super lightweight exercise.
Saat latihan dimulai, trainer akan memberikan berbagai instruksi gerakan yang sebetulnya terlihat cukup simpel dan mudah.
Namun karena otot kita berkontraksi lebih karena aliran listrik, gerakan-gerakan mudah terasa sangat berat dan menguras stamina.
1kg terasa seperti 5!
Kalau kamu penasaran dengan bagaimana rasanya listrik yang dialirkan ke badan kita, bayangkan handphone bergetar di badan kamu, tapi dengan kekuatan beberapa puluh kali lipat.
Harus MaMa akui, ini 20 menit paling melelahkan dalam hidup MaMa yang jarang olahraga ini.
But that’s the point, 20 Fit hadir sebagai jawaban buat kamu yang ingin olahraga intens dalam waktu 20 menit.
Kalau buat MaMa, ini seperti olahraga 2 minggu yang dikompres menjadi 20 menit.
Jadi buat kamu yang menganggap kalau ini latihan ringan yang cukup datang, ditempelin berbagai kabel, tunggu 20 menit dan voila! Kuruss… you’re completely wrong. This is hard training.
Special credit to the trainer! They’re trained professional! MaMa nga nyangka juga bisa menyelesaikan 20 menit ini kalau tanpa mereka.
MaMa would recommend this place to anyone. Terutama buat kamu yang sibuk dengan berbagai kegiatan dan nga punya waktu berjam-jam di gym.
Our total training time is around 1 hour (including shower), namun ini bisa lebih singkat lagi di sesi kedua karena tidak ada konsultasi lagi.
Kelemahan 20fit hanya 1, harganya. Yah, memang program ini bukan ditujukan untuk semua orang. Jika waktu memang menjadi faktor utama dan jadwal aktifitas yang sangat padat namun anda rela merogoh kantong demi kebugaran, this is the answer.
Buat kamu yang penasaran dengan paket yang ditawarkan 20 Fit, here’s the package description:
First Trial 250rb (discounted to 150rb by posting on IG and #20fitmedan @20_fit)
Single Session 525rb
12x 5,7jt
24x 10.8jt
48x 20.4jt
72x 28.8jt
Jadi kalo dibagi-bagi sebenarnya jatuhnya ke 400rb-an per sesi, cost yang kurang lebih sama dengan satu sesi PT di gym konvensional.
Menurut pengakuan 20Fit, members akan mendapatkan benefit yang visible dalam 6 sesi, tentunya harus dibarengi dengan nutrisi dan pola makan yang sesuai.
Well, let’s see how true it is. But now, time to hit the restaurant… I mean bed. Yeah, cozy bed!
Setelah post perdana mengenai Chapter One tahun lalu yang berhasil menyita perhatian MaMa-nia hingga 10,658 views, saya kembali hadir disini dengan membawa topik dari cafe yang sama namun dengan review makanan yang berbeda.
As always, I hope you guys enjoy my writings!
Seperti yang telah di-review oleh mimin Makanmana sebelumnya, Chapter One Cafe and Coffee is so cool that you wanna step inside and explore more.
Mereka memiliki konsep suasana yang cukup khas dan nyaman. Ceiling unik di lantai 1 bertema tuts piano sangatlah menarik. Too bad, I do not have the picture of the ceiling.
Saya pribadi cukup surprised dengan settingan bar yang tepat berada di bagian tengah lantai 1. Hal ini menurut saya membuat cafe ini menjadi sedikit sempit. Meja-meja dan kursi disusun di sebelah kiri dan kanan bar. BIsa dibayangkan kan, guys?
Siang hari itu, saya bersama teman-teman dilayani oleh staff yang ramah dan knowledgeable.
Kami disodori buku menu dan mulailah kami menunjuk-nunjuk gambar di buku menu. We had hard time to decide, all of them look sooooo delicious in the pictures!
Finally, these were what we had:
Quesadillas Chicken, Idr. 40,000.- (before tax). Sedikit penjelasan singkat hasil dari uncle google, Quesadillas adalah makanan khas Mexico. Bentuknya segitiga dengan berbagai isian.
Ini pertama kali saya menikmati quesadillas. Filling adalah suwiran halus daging ayam berbau sedikit rasa tajam mirip Indian curry. I like it!
Hainanese Chicken Rice, Idr. 38,500.- (before tax) Dari namanya saja sudah bisa dibayangkan wanginya.
Dimanapun itu, saya akan selalu memilih nasi ayam / nasi uduk / nasi liwet atau nasi-nasian apapun itu daripada nasi putih biasa. Bagaimanapun, nasi yang dimasak dengan kaldu pasti jauh lebih wangi dibandingkan nasi biasa, setuju?
Hainanese Chicken Rice disini enak dan wangi, potongan ayam juga empuk dan flavorful.
Nasi Goreng Teri Ayam, Idr. 42,000.- (before tax) Nasi goreng ini sebenarnya nothing to shout about, tapi cukup mengasyikkan. Ikan teri yang digoreng hingga sangat kering dan garing menambah cita rasa pada nasgor tersebut. Anyhow, saya merasa potongan fillet ayam dengan bumbu kental tidak begitu cocok sebagai side dish. But over all, this is pretty good too!
Pizza Marinara, Idr. 85,000.- (before tax) I give you my words, this is one very best thin crust pizza base! Topping tidak lain tidak bukan adalah udang, cumi, bell peppers dan potongan tomat segar.
Jika anda penggemar pizza dengan roti yang tipis, please listen to me, you have to go for this! Anda tidak perlu saus sambal atau saus apapun untuk menemani pizza ini, the pizza alone is already very good!Two thumbs up!
Salmon Strawberry Salsa, Idr. 115,000.- (before tax) Nahh, this is thesecondstar of the day after the pizza!
Fillet salmon yang dipanggang sempurna dikawinkan dengan salsa (saus) strawberry. Rasa nano-nano yang dihasilkan dari rasa manis, asam dan segar menjadikan hidangan ini begitu lezat.
Harga memang agak mahal sih, but I guarantee you’ll find it worth it!
So guys, for those who ever visited Chapter One before, it’s the time to revisit and go for their Marinara Pizza and Salmon Salsa.
And for those who haven’t visited yet or are reluctant, you have been assured now :)
Cheers and happy hunting!
Chapter One Cafe & Coffee
Jl Teuku Umar no 10 (Simpang Jalan Airlangga)
Buat yang udah kebiasa makan Bakso Sapi Aan dan Bakso Sapi Lebong, tentunya Bakso Sapi Gandhi yang satu ini juga ga asing lagi.
Namanya aja Bakso sapi Gandhi, karena pas berjualan di jalan Gandhi. Awalnya akoh ini ikut berjualan membantu saudaranya di Jalan Lebong (Baso Lebong), namun menurut rumor adanya perselisihan keluarga, muncul deh Bakso Sapi Gandhi.
Rumah makan ini terlihat sederhana. Sebuah stelling di depan dimana masakan dipersiapkan, beberapa meja aluminium berjejer menempel di dinding sebelah kanan dan kiri, lumayan spacious dan bersih.
Dilihat dari lauknya sih, bakso sapi ini satu aliran. Konon, awalnya usaha ini dimulai dari kakek Akoh yang kemudian diwariskan dan masing-masing gerai sekarang mulai sedikit memodifikasi rasanya untuk menggaet loyalitas customers.
Urusan memasak, Akoh ini memang detil. Rebus dagingnya juga ga overcooked jadi tekstur dagingnya masih terasa lembut saat digigit.
Satu porsi bakso sapi ini dihidangkan dengan pilihan bihun, kwetiaw, atau mie kuning. Lalu sesuai selera anda, bisa pesan daging, atau bersama spare partnya (babat, urat, dll).
Detil kecil seperti inilah yang mungkin tidak didapati di cabang bakso-bakso sapi di Medan yang dilepas ke karyawannya.
There you go — 32rb Bakso Sapi
Porsinya sendiri lebih generous menurutku, bisa jadi karena persaingan dengan bakso Lebong yang jaraknya tidak jauh dari lokasi ini.
Buat yang ga bole makan beef karena alasan spiritual, ada pilihan Liong Tahu yang terbuat dari daging ikan, dan kuahnya juga menggunakan chicken broth.
Ismud, singkatan dari Iskandar Muda. Tempat tongkrongan baru yang bernama Ismud Park ini sudah jelas beralamat di Jalan Iskandar Muda, beberapa meter di seberang Medan Plaza.
Dari luar, design cafe ini tampak menyolok. Unik memang, karena konstruksi bangunan dan interior terinspirasi berat dari container yang sering nampak di pelabuhan.
Walau dari luar tampak seperti ‘just another cafe’, pemakaian kata ‘park’ ini memberi arti tersendiri. Ismud Park ini ibarat sebuah marketplace, dimana terdiri dari beberapa tenant yang berjualan di dalam.
Per kunjungan kami yang masih tergolong soft opening, ada 3 tenant yang menduduki Ismud Park—Five Corners Cafe and Bar, Martabak Buddy, dan Monjardin yang menawarkan french patisseries. Sayangnya kedua outlet terakhir ini belum buka.
Areal lantai 1 ditata meja kursi dan sofa dengan open space ambience, dengan atap transparan sehingga pencahayaannya alami. Sayangnya air flow disini kurang maksimal sehingga terasa gerah apabila matahari terik.
Ismud Park terdiri dari 2 lantai, dimana kamu duduk makan/mejeng di dalam container. Nah, buat yang takut gerah, interior di dalam container dilengkapi AC.
Suasana interior di lantai 2
Di lantai 2 ini juga tersedia smoking area yang berada di sisi lain yang dapat diakses melalui sebuah ‘jembatan’.
Okay, I think that’s long enough for the place. Let’s get down to the food.
Crispy Tempeh Sliders (40rb)
Crispy Tempeh Sliders, tempeh goreng tepung dioles sambal dan dibalut roti bun dengan sayuran dan french fries sebagai side dish.
The flavor was good, but it’s too fulfiling. 2 biji tempeh dalam 1 bun memang keliatan banyak, tapi setelah melahap satu bun, langsung terasa eneg. Disarankan pesan buat sharing.
Kimchi Fried Rice (45rb)
Nasi goreng mungkin menu yang ‘wajib ada’ di setiap cafe karena demand yang populer. Tetapi rata-rata penampilan nasi goreng di cafe itu sama, either make it ‘special’ or ‘Nasi goreng khas [insert cafe name here]’.
I was impressed with Kimchi Fried rice from Five Corners. Platingnya menarik dengan nasi goreng di base, lalu ditumpuk spinach salad, spicy korean chicken dan telur mata sapi diatasnya. Not a typical nasi goreng scenery.
Flavor? Surprisingly good. Aroma dan citarasa kimchi berbaur dengan baik di nasi goreng. Ada sedikit tekstur chopped kimchi didalamnya. Ayam gorengnya sedikit pedas dan flavornya intense, namun kombinasi bayam, telur mata sapi berhasil meredam dan menciptakan well balanced meal. Recommended.
Chili Crab Pasta (65rb)
Makanan yang terakhir keluar siang itu ialah Chili Crab Pasta. Terinspirasi dari Singapore Chili Crab, saos yang populer itu difusion ke pasta, kemudian dilengkapi dengan daging kepiting.
Oh ya, saya dulu pernah makan bareng keluarga di Lembur Kuring. Karena jatuh cinta dengan kepiting saos pedas, saya pun memesannya. Namun saat itu karena kepiting udah sold out, apa boleh buat saya request saosnya aja. Disanalah baru saya sadar, tanpa kepiting yang dimasak bareng, rasanya hambar!
Hidangan ini unik, namun harus saya akui flavornya belum kena. Mungkin seperti cerita diatas, apakah karena tidak menggunakan kepiting yang dimasak bareng untuk mendapatkan essence nya? Ah, mungkin saja dengan harga jual 65rb, harus ada sedikit kompensasi disini.
My other concern on this pasta? Saosnya kurang banyak. Imagine makan Chili Crab di Singapore dengan saos sedikit itu, pasti rage mode on. Tapi, bisa jadi hidangan ini hanya interpretasi Chef dalam kreasinya.
Green Booster (28rb) & Doctor’s Order (28rb)
Minuman disini juga diberi nama yang unik. Campuran Jus bok choy nenas mangga ini dinamakan Green Booster, dan campuran Jus apel oren lime mint diberi nama Doctor’s order, dengan slogan ‘An apple a day keeps the doctors away, now add orange, lime, mint, and this will be all the medicine you need for a warm day’. Indeed refreshing on hot day.
Fancy beverages name that succesfully upsell the price. Harga minuman disini berkisar antara 28rb hingga 35rb.
Bar di lantai 1, kitchen di lantai 2
Sebagai establishment baru, review ini sebenarnya masih terlalu preliminary. Saya yakin masih banyak yang masih dibenah manajemen. So, don’t put very high expectation yet. Enjoy the ambience, enjoy the food and order what the doctor told you.
Ismud Park
Jalan Iskandar Muda no 132
061-414 1197