Lagi lagi rekomendasi dari seorang sahabat yang bergerak di bidang tekstil, rumah makan yang tidak bernama ini kerap dijuluki warung nasi Tirai Merah, kadang juga disebut warung nasi kereta api, karena lokasinya yang berada di jalan stasiun kereta api.
Dari tata bangunan saja sudah diyakini rumah makan ini udah lama berjualan. “Sejak taon 70an”, begitulah tutur pengelola yang merupakan generasi kedua saat ini.
Lalu apa yang menjadikan warung nasi ini begitu ramai? Salah satunya ialah faktor lokasi yang strategis, karena berada di areal jalan Perniagaan yang merupakan pusat tekstil kota Medan.
Meski sempit, rumah makan ini kerap dipadati pengunjung, terutama pelanggan tetap dan tak jarang juga dijumpai beberapa meja diisi oleh tamu dari luar kota yang kebetulan berbelanja di daerah ini.
The base – acar tomat
Salah satu hidangan yang cukup berbeda ialah acar tomat. Potongan kol dengan irisan tomat disiram saus kecap dan sedikit bumbu cabe ini menjadi signature rumah makan ini.
Ayam panggang – ayam goreng
Setiap hidangan lauk yang disajikan disini ditaroh diatas base acar tomat. Setelah mencoba beberapa lauk, salah satu yang menjadi favorit kami ialah ikan pari.
Ikan pari bakar
Sedangkan untuk ikan nila bakar yang kami pesan kurang maksimal rasanya. Sedikit bau tanah dan overburnt dibagian kulit sehingga terasa pahit.
Nila bakar
Untuk harga yang ditawarkan, sangat ekonomis. Kami bertiga hanya mengeluarkan selembar nota merah dan biru, dan masih ada kembalian untuk semua hidangan yang kami santap diatas.
Areal makan yang sempit, pengap, dan kecil ini menjadi salah satu faktor yang kurang mendukung kenyamanan. Jadi, disarankan agar bungkus/takeaway aja.
Warung nasi tirai merah/kereta api
Jalan Stasiun kereta Api
Minggu libur